Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Historiografi Cinta | Heuristik Cantikmu

Diperbarui: 21 Juni 2019   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Saat hujan mereda, membias pesona aneka warna, pelangi yang memanjakan mata. Kau datang sebagai satu-satunya keindahan yang menggetarkan seluruh keberadaan. Bergaun merah jambu dengan manik-manik yang berpendar menghiasi lekuk indahmu.

Ini kali pertama, sejak kau hadir dengan sejuta pesona. Kita berpapasan di jalan keheningan. Tanpa kata dan pembicaraan. Aku menyesal telah membiarkan itu terjadi. Harusnya aku menyapamu barang sepatah kata. Harusnya aku menanyai namamu sebelum kehilangan saujana. Harusnya aku ah ... dasar aku. Terlalu terpesona, hingga tak sempat menata kata dan kau terlewat begitu saja.

Namun, aku tak menyerah. Penjajakan atas nama yang kusebut cinta baru saja akan dimulai. Mungkin ini adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Mungkin juga ini hal paling mustahil penuh kesia-siaan. Mencari akun sosial media dirimu, dengan hanya berpedoman pada ingatan tentang betapa cantiknya parasmu.

Kini, aku bergelayut di pelepah waktu. Menilik tajam pada penelusuran saujanamu, yang memantik kagum dan juga rindu. Lalu, kembali mengais jejak-jejak cantik anggunmu di jalan itu,  Berharap menemukan secercah informasi tentangmu. Sampai nanti benar-benar kutahu, siapa dirimu.

Bersambung.

Angsana, 21 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline