Hening, nyanyian malam di sudut gerbong lama yang sudah tak terpakai. Seorang laki-laki tua tengah mabuk, tertidur dan terkapar di atas bebatuan rel.
Bermimpi bertemu seorang kakek-kakek tua, ingin mengajaknya pergi meninggalkan dunia. Ia menolak! Dan teriak. Tapi, tidak ada satu orang pun yang mendengar dan menghiraukan.
Tangis, membasahi wajahnya. memohon-mohon ampunan agar di berikan satu kesempatan lagi untuk berubah. Kakek tua itu menolak! Dengan sekejab dunia di sekeliling laki-laki tua itu di ubahnya menjadi penuh dengan kobaran api-api yang panas dan menyala-nyala.
Laki-laki tua itu makin takut. Tangis dan teriakannya menjadi-jadi. Dan berpikir apakah benar dia telah mati.
Tolong... Tolong?.
Masih tidak ada yang mendengarnya.
Kakek itu merantai tangan dan kakinya, tubuh laki-laki tua itu tak bisa menolak. Bibirnya tak bisa lagi berucap, Ketakutan, penyesalan'penyesalan melintas di pikirannya. Istriku sayang?! Anakku sayang?! Maafkan bapak.
Akhirnya di lemparkan laki-laki tua itu ke dalam bara api.
Buuurrr....(gerujuk masinis kereta api di pagi hari)
Laki-laki tua itu pun terbangun. Melihat mentari pagi, yang begitu menyilaukan.
Betapa bahagia laki-laki tua itu di saat tau dia belum mati. Di peluknya masinis kereta yang menyiramnya,