Lihat ke Halaman Asli

ibnu bastian nur dwi cahyo

Communication enthusiasht

Ribuan Pelamar, Segelintir Lowongan : Seberapa Efektif Penyelenggaraan Job Fair?

Diperbarui: 29 Mei 2025   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Merupakan artikel opini pribadi penulis

Ribuan CV dicetak, sepatu dan busana terbaik dikenakan, namun tetap saja pulang tanpa kepastian. Ya itulah kalimat yang menggambarkan betapa nestapa nya para pencari kerja yang menghadiri job fair baru-baru ini.

Belakangan ini ramai menjadi perbincangan di berbagai platform media sosial terkait membludak nya para pencari kerja pada event job fair yang diadakan di Bekasi, Jawa Barat. Job fair yang mungkin dulu dianggap sebagai solusi tepat untuk mengurangi pengangguran karena mempertemukan langsung perusahaan dengan para pencari kerja, kini mulai dipertanyakan efektivitasnya. 

Fakta yang kita temukan di lapangan seringkali membuat kita mengelus dada. Bagaimana tidak banyak job fair menjanjikan terbukanya banyak lowongan kerja, namun kenyataannya masih belum bisa mengimbangi jumlah pencari kerja. Ibaratnya Supply dan Demand yang tidak seimbang sehingga menimbulkan masalah baru dalam proses pencarian kerja.

Kondisi ini kemudian diperparah dengan sistem job fair yang sering kali dinilai tidak efektif. Di era digital seperti sekarang, mengapa banyak perusahaan yang membuka booth pada acara job fair namun masih mengarahkan para pelamar untuk mengisi formulir pendaftaran secara online? padahal para pelamar sudah datang secara langsung? Alih alih mempercepat proses, job fair justru melakukan proses pendaftaran secara online yang sebenarnya dapat dilakukan dari rumah, tanpa harus berdesakan mengantri sampai berjam-jam dan mencetak CV berlembar-lembar.

Tak hanya itu, adanya indikasi perusahaan yang dinilai sekadar "hadir" untuk menjaga eksistensi brandnya. Yang bahkan mereka sedang tidak benar-benar membutuhkan karyawan baru. Job fair pun terlihat seperti pameran sebuah produk dibandingkan menjadi tempat seleksi para pencari kerja. Mereka yang kemudian pada akhirnya hanya membawa pulang goodiebag berisi pulpen, brosur dan kipas, bukannya kepastian lamaran kerja.

Meskipun demikian bukan berarti job fair tidak ada gunanya sama sekali. Interaksi langsung antara perusahaan dengan para pencari kerja tetap memiliki nilai dan tidak begitu saja sia-sia, tak jarang pula mereka bisa benar-benar mendapatkan pekerjaan melalui jalur job fair ini. 

Sudah sepatutnya keosnya job Fair kemarin menjadi evaluasi serta pembelajaran untuk pihak terkait dalam menyelenggarakan bursa kerja ini, dengan mengadopsi langkah-langkah strategis: seperti sistem job matching berbasis data, integrasi hybrid (online atau offline), adanya pelatihan hingga adanya evaluasi secara langsung terhadap kebutuhan dan kualifikasi. Tanpa adanya sebuah inovasi, bursa kerja ini hanya akan menjadi simbol formalitas ditengah harapan dalam mencari sebuah pekerjaan.

Karena dibalik hadirnya ribuan pelamar yang hadir, akan ada selalu harapan yang digantungkan. Sayang jika sudah berjuang susah payah dan bersesak ria dalam kerumunan jika pada akhirnya tidak ada hasil yang diperoleh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline