Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Merenungi Kematian, Sebuah Kontemplasi Klimaks

Diperbarui: 12 September 2020   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram/@kanwildjpsultanbatara via Kompas.com

Kematian adalah salah satu fase dalam hidup yang niscaya terjadi. Tak ada yang bisa mengelak, semua pasti mengalami. Mulai dari orang miskin, biasa-biasa saja, hingga tajir melintir. Rakyat jelata, pejabat tersohor, bahkan orang paling berpengaruh di dunia sekalipun. 

Sewajarnya, adalah menunggu. Tetapi, adakala di antara mereka ingin menjemput. Karena hilang harapan, putus asa, atau apapun itu, hanya mereka yang tahu. Amit-amit, semoga kita semua tak ada yang seperti itu. Masih mencintai hidup, bukan?

Di awal bulan September 2020, ada dua tokoh terkenal di Indonesia telah menghembuskan nafas terakhir. Sebagian besar masyarakat berduka, merasa kehilangan sosok yang diakui berjasa besar di bidangnya.

Pertama, mantan pelatih sepak bola Alfred Riedl, meninggal dunia Selasa, 8 September 2020 malam waktu Austria, di usianya ke-70 tahun. 

Prestasinya yang terkenal, khususnya bagi para pecinta bola, adalah ketika di bawah naungannya, berhasil membawa timnas Indonesia ke partai final Piala ASEAN Football Federation (AFF) 2010. Kendati, akhirnya kalah dengan Malaysia.

Sumber:https://www.kompas.com/

Berselang sehari, diberitakan telah berpulang ke Sang Pencipta, sosok wartawan senior Indonesia, Jakob Oetama. Beliau wafat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu, 9 September 2020 pukul 13.05 WIB, di usianya yang ke-88 tahun. Dunia jurnalistik berduka.

Sumber:https://nasional.kompas.com/

Melihat peristiwa kematian, seyogianya kita tak perlu takut. Tetapi, wajib menjadi peringatan. Sudah terlalu banyak alasan di dunia ini yang membuat takut, tak perlu menambahinya. Takut kehilangan pekerjaan, takut tak bisa makan, takut kehilangan kekasih, dan takut-takut lainnya.

Kukatakan juga di judul, mengingat kematian adalah perenungan terakhir. Mengapa? Karena tak ada lagi yang bisa dilakukan di saat itu. Otak tak berfungsi, badan tak bergerak. Berusaha bertobat pun tak guna. 

Dengan mengingat kematian, setidaknya bisa menyadarkan kita akan tiga hal.

Seberapa jauh pencapaian

Ilustrasi Pencapaian, Sumber:https://radarbekasi.id/

Beliau yang mendahului kita, meninggalkan prestasi yang layak dikenang. Alm. Alfred Riedl, telah mengharumkan nama timnas Indonesia di kancah Internasional. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline