Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Merenungi Kematian, Sebuah Kontemplasi Klimaks

9 September 2020   17:00 Diperbarui: 12 September 2020   15:07 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/@kanwildjpsultanbatara via Kompas.com

Kematian adalah salah satu fase dalam hidup yang niscaya terjadi. Tak ada yang bisa mengelak, semua pasti mengalami. Mulai dari orang miskin, biasa-biasa saja, hingga tajir melintir. Rakyat jelata, pejabat tersohor, bahkan orang paling berpengaruh di dunia sekalipun. 

Sewajarnya, adalah menunggu. Tetapi, adakala di antara mereka ingin menjemput. Karena hilang harapan, putus asa, atau apapun itu, hanya mereka yang tahu. Amit-amit, semoga kita semua tak ada yang seperti itu. Masih mencintai hidup, bukan?

Di awal bulan September 2020, ada dua tokoh terkenal di Indonesia telah menghembuskan nafas terakhir. Sebagian besar masyarakat berduka, merasa kehilangan sosok yang diakui berjasa besar di bidangnya.

Pertama, mantan pelatih sepak bola Alfred Riedl, meninggal dunia Selasa, 8 September 2020 malam waktu Austria, di usianya ke-70 tahun. 

Prestasinya yang terkenal, khususnya bagi para pecinta bola, adalah ketika di bawah naungannya, berhasil membawa timnas Indonesia ke partai final Piala ASEAN Football Federation (AFF) 2010. Kendati, akhirnya kalah dengan Malaysia.

Sumber:https://www.kompas.com/
Sumber:https://www.kompas.com/
Berselang sehari, diberitakan telah berpulang ke Sang Pencipta, sosok wartawan senior Indonesia, Jakob Oetama. Beliau wafat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu, 9 September 2020 pukul 13.05 WIB, di usianya yang ke-88 tahun. Dunia jurnalistik berduka.

Sumber:https://nasional.kompas.com/
Sumber:https://nasional.kompas.com/
Melihat peristiwa kematian, seyogianya kita tak perlu takut. Tetapi, wajib menjadi peringatan. Sudah terlalu banyak alasan di dunia ini yang membuat takut, tak perlu menambahinya. Takut kehilangan pekerjaan, takut tak bisa makan, takut kehilangan kekasih, dan takut-takut lainnya.

Kukatakan juga di judul, mengingat kematian adalah perenungan terakhir. Mengapa? Karena tak ada lagi yang bisa dilakukan di saat itu. Otak tak berfungsi, badan tak bergerak. Berusaha bertobat pun tak guna. 

Dengan mengingat kematian, setidaknya bisa menyadarkan kita akan tiga hal.

Seberapa jauh pencapaian

Ilustrasi Pencapaian, Sumber:https://radarbekasi.id/
Ilustrasi Pencapaian, Sumber:https://radarbekasi.id/
Beliau yang mendahului kita, meninggalkan prestasi yang layak dikenang. Alm. Alfred Riedl, telah mengharumkan nama timnas Indonesia di kancah Internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun