Lihat ke Halaman Asli

Honing Alvianto Bana

Hidup adalah kesunyian masing-masing

Kampus, Tempat Beternak Teroris?

Diperbarui: 14 Mei 2018   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk memberantas terorisme tidak cukup hanya dilakukan dengan mengirim timah panah. Hal yang perlu kita lakukan adalah melihat tempat dimana kelompok2 terorisme itu lahir, tumbuh dan berkembang. Kelompok terorisme itu selama ini tumbuh di 3 tempat, yaitu tempat pengajian keagamaan, tempat ibadah dan kampus. Untuk mengulas hal ini, saya hanya ingin mengulas soal yang ketiga saja. Kalau soal pertama dan kedua, saya tidak mau mengulasnya.

Menurut saya, kelompok2 intoleran dan teroris itu selama ini melakukan pengkaderan dari kampus dengan menunggangi beberapa organisasi serta selanjutnya melakukan meracuni pemikiran  (pencucian otak) lewat kajian-kajian yang kaku dan tertutup. Hal ini memang sulit di deteksi bagi orang awam, apalagi bagi kita yang berbeda keyakinan.

Untuk mmencegah pemikiran2 intoleran dan radikal (ekstrimisme) di dalam kampus itu hanya bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Berikan ruang kepada organisasi2 mahasiswa beraliran kiri, atau organisasi2 yg biasa di cap sebagai kelompok liberal di dalam kampus. Hanya dengan cara seperti inilah suasana dan iklim yg tepat agar terwujud percakapan2 publik dan saling beradu gagasan dengan sudut pandang yang berbeda bisa kita laksanakan untuk menghambat pemikiran2 yang radikal (ekstrimis).

2. Kampus sebagai tempat penggemblengan diri harus bisa menciptakan suasana yang merdeka dalam berpikir. Dengan memberikan ruang sebesarnya bagi mahasiswa untuk berbeda pendapat, yang di mulai dari dalam kelas, tanpa dosen takut tersaingi. Hal ini penting agar pihak dosen bukan hanya sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yg seringkali melah mengajari mahasiswa untuk hanya meyakini satu pemikiran dan menolak pemikiran2 lain.

3. Menginstruksikan kepada kelompok-kelompok kajian serta organisasi2 kemahasiswaan agar bisa membuka diri terhadap kelompok2 lainnya. Hal ini perlu karena di dalam beberpa organisasi kemahasiswaan masih sangat tertutup untuk menerima perbedaan.

Beberapa hal diatas harus dilaksanakan jika kita ingin agar kampus sebagai institusi yang bertugas memanusiakan manusia bisa benar-benar terhindar dari pemikiran-pemikiran intoleran dan radikalisme (ekstrimis). Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline