Lihat ke Halaman Asli

Heni Kurniawati

Visit my personal blog, tulisanheni.blogspot.com

Kutunggu Kau di Stasiun Kereta

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinar mentari jam 9 pagi mengiringi langkahku menuju stasiun. Hangatnya tajam terasa. Cuaca cerah, langit berhias awan-awan putih yang bergerak pelan mengikuti arah angin bertiup. Aku berjalan menyusuri tepian rel yang berujung pada sebuah stasiun sekitar 500 meter dari rumahku. Sesekali kusibak rambut yang menghalangi pandangan mata. Hari ini seperti hari-hari kemarin, aku akan menunggumu di stasiun kereta, seperti janjiku ketika kau tinggalkan aku di sana. Bagiku, janji adalah janji yang harus ditepati apapun alasannya.

Hari ini stasiun tidak begitu ramai. Aku bergegas menuju sebuah bangku kosong di pojok Timur stasiun. Di bangku ini aku leluasa melihat penumpang yang turun dari gerbong di semua jalur kereta. Sejak delapan bulan lalu aku menganggap bangku ini milikku. Bila sudah ditempati orang lain aku akan memintanya untuk pindah ke bangku lain. Entahlah, aku merasa telah menyatu dengan bangku ini. Setiap hari selama delapan bulan aku selalu duduk di bangku ini menanti kedatanganmu. Di sini pula kau dan aku duduk menanti kereta Argo Bromo yang akan mengantarmu ke Jakarta satu setengah tahun yang lalu. Dan hingga hari ini, aku masih duduk di bangku ini menunggumu.

Penumpang mulai berdatangan. Roda gerbong berderit-derit melindas besi-besi rel yang menjalar panjang tanpa ujung. Pengasong berlalu lalang keluar masuk gerbong. Kehidupan stasiun tetap berlangsung teratur tanpa memperdulikan panas terik. Jupri, si pengasong pincang yang baru turun dari gerbong 2 jalur 3 membawaku kembali pada kejadian satu setengah tahun lalu.

"Mau kue nggak, dari tadi kamu belum makan, nanti maagmu kambuh?" tanyamu sedikit cemas.

"Nggak ah, aku lagi nggak ingin makan apa-apa."

"Ayolah, kamu harus makan. Donat aja ya?"

Kau ambilkan donat cokelat dari keranjang kue Jupri sebelum aku sempat menolak.

"Ayo dimakan. Nggak usah sedih begitu sampai nggak doyan makan, aku kan pergi kerja, bukan main-main. Nanti aku akan kembali, kita akan bersama lagi. Setahun itu nggak lama kok. Kita hanya berpisah sebentar. Kau di sini dan aku di Lampung. Setelah setahun aku akan mengajukan pindah di kantor pusat di Jakarta. Setelah itu aku akan menjemputmu dan kita akan bersama selamanya, nggak akan berpisah lagi," katamu membujuk sambil mengulurkan sebotol Aqua.

"Setahun tanpamu akan terasa sangat lama bagiku. Tak bisakah keberangkatanmu ditunda semalam saja?Malam ini bulan purnama, pasti sangat indah. Aku ingin melewatinya bersamamu," tanyaku merajuk.

"Nggak bisa sayang. Pesawatku berangkat pagi. Jam 07.45 aku sudah harus terbang ke Lampung. Jadi aku harus berangkat sekarang kalau nggak mau ketinggalan pesawat."

"Janji ya, kau akan pulang setahun lagi dan menjemputku," kataku cemas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline