Lihat ke Halaman Asli

Achmad Nur Hidayat

Pakar Kebijakan Publik

Ini Fakta yang Coba Disembunyikan dari Tragedi Perspakbolaan BRI Liga 1 Malang Kemarin

Diperbarui: 3 Oktober 2022   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: CNN INDONESIA

Kembali bangsa ini harus dirundung duka tanpa henti, setelah kenaikan harga-harga yang menghimpit kehidupan rakyat kecil, kini harus menghadapi sebuah peristiwa duka mendalam, rakyat menjadi korban dalam sebuah ajang sepak bola yang semestinya menjadi healing time bagi para pecinta bola.

Kejadian ini menjadi sejarah kelam bagi persepakbolaan di Indonesia. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap reputasi Indonesia dimata internasional.

Ada beberapa fakta yang harus ditelusuri untuk memperjelas siapa yang seharusnya bertanggungjawab.

Fakta yang pertama adalah kelebihan penonton dibandingkan dengan kapasitas stadion. Hal ini tentunya terkait kepanitian yang menentukan jumlah penonton. Hal ini tentu harus dipertanyakan kepada panitia penyelenggara karena mereka harus bertanggungjawab.

Fakta Kedua bahwa waktu pelaksanaan sudah diminta oleh kepolisian untuk dimajukan menjadi sore hari tetapi  usulan tersebut tidak diindahkn oleh PT Liga Indonesia Baru. Ini juga menjadi catatan bahwa PT Liga Indonesia Baru

Fakta Ketiga bahwa kepolisian lebih menggunakan gas air mata yang lebih beresiko ketimbang penggunaan water canon. Pertimbangan ini sepertinya tidak menjadi pertimbangan kepolisian.

Fakta yang Keempat adalah Jika dilihat dari reaksi penonton yang berusaha keluar berdesak-desakkan sehingga terinjak-injak dan terhimpit tentunya ada trigger yang menyebabkan mereka terburu-buru untuk keluar. Triggernya tentu adalah penembakan gas air mata ke tribun oleh petugas kepolisian. 

Penembakkan gas air mata ini oleh kepolisian dianggap sudah sesuai prosedur, akan tetapi jika sesuai prosedur kemudian menimbulkan korban jiwa seperti ini tentunya ada persoalan dalam pelaksanaan teknis prosedurnya.  Dan kepolisian dalam hal ini harus ikut bertanggungjawab.

Tapi yang jadi persoalan adalah polisi terburu-buru dan terlalu mudah terpancing melakukan ini tanpa perhitungan yang matang sehingga menimbulkan banyak korban.

Fakta yang kelima pihak Arema Mania tidak mengkalkulasi mobilisasi dari pendukung, semakin banyak pendukung hadir maka semakin besar juga peluang terjadinya situasi yang tidak bisa dikendalikan.

Fakta Keenam adalah pemukulan yang dilakukan oleh aparat baik anggota kepolisian maupun anggota TNI terhadap supporter dapat dilihat di berbagai platform media sosial. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline