Lihat ke Halaman Asli

Ibu Pertiwi, Putra Pandawa

Diperbarui: 24 Februari 2018   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Ibu Pertiwi, Putra Pandawa.

Harus sedikit bersabar untuk jalan yang begitu lama mencapai ujungnya, ini tentang titik temu menemukan identitas kehormatan diri. Sebab kemulyaan selalu ada bagi siapa saja yang dengan sungguh-sungguh mampu memilikinya. Kehormatan juga bukan tentang kekayaan semata, tetapi yang paling terhormat adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Barangsiapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan sesama muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitan di hari kiamat nanti. Dan barangsiapa yang menutupi kejelekan orang lain maka Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat (HR Bukhari Muslim).

Ini menjadi sebuah pedoman kuat akan cara pandang berbuat baik yang tidak akan pernah sia-sia. Tetapi kadangkala kita mulai lupa dan seolah-olah menunggu orang lain saja yang nantinya akan membawa perubahan prilaku sosial, dll. Akibatnya, merasa sendiri dalam berbuat baik membuat kita lupa akan jerih payah para ibu pertiwi dan putra pandawa. Siapa mereka?

Dalam benak saya, ibu pertiwi adalah pengayom yang memberi dengan kesuburan tanahnya, tanah air kita, keelokan wajah alam yang indahnya memanjakan siapa saja, hasil perkebunan, hasil pertanian, hasil tambang, dsb. Tanpa berbisik mengeluh, ibu pertiwi selalu ingin berbuat baik kepada kita yang menginjak badannya setiap hari. Lalu, putra pandawa?

Mereka adalah pecinta yang tergila-gila kepada ibu pertiwi. Putra pandawa menjadi sosok-sosok yang hidupnya untuk mengabdi, menjernihkan pikiran dan hatinya hanya untuk kebaikan bersama. Mereka menggoreskan surat cintanya disetiap daun yang tumbuh, dari pohon-pohon perjuangan hidupnya. Mereka yang ingin menghalangi waktu untuk menjaga ibu pertiwi akan polah tingkah mahluk yang dipikulnya

 Adakah mereka saat ini?, mereka akan selalu ada, terus berganti, dan tidak pernah mati. Jikalau pada akhirnya langkahnya tergopoh-gopoh, itu isyarat untuk sejenak berhenti, dan pada waktunya akan berjalan kembali. Menjadi putra pandawa haruslah menjadi keinginan kita bersama. Ingatlah kepada ibu pertiwi dan putra pandawa disaat-saat kita ingin mewariskan kebesaran hati untuk anak cucu kita nanti. Untuk direnungkan kembali, salah satu puisi karya KH. Mustofa Bisri:

DI TAMAN PAHLAWAN.

Di taman pahlawan beberapa pahlawan sedang berbincang-bincang tentang keberanian dan perjuangan

Mereka bertanya-tanya apakah ada yang mewariskan semangat perjuangan dan pembelaan kepada yang ditinggalkan

Ataukah patriotisme dan keberanian di zaman pembangunan ini sudah tinggal menjadi dongeng dan slogan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline