Lihat ke Halaman Asli

Waspadai Gempuran Ideologi Transnasional

Diperbarui: 5 Juli 2022   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suara.com

Selama lebih dari dua decade ini, ideologi transnasional seakan mendapat angin akibat adanya semacam kekosongan ideologi di negara kita. Para penganut dan simpatisannya berebut memperbesar jejaring di berbagai bidang seperti bidang politik dan Pendidikan.

Ideologi ini sering aman dengan berbalut pada agama mayoritas yaitu Islam. Mereka memberi mimpi-mimpi akan banyak hal kepada para pengikutnya dan mimpi itu selalu dikaitkan dengan agama. 

Kita tahu ada sekitar 1600 orang yang terjebak pada mimpi itu dan terbujuk untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS untuk mendirikan kekhilafahan. Jumlah 1600 itu mungkin kecil jika dilihat dengan jumlah seluruh warga Indonesia. Namun jika menghitung dampak, jumlah itu besar karena tiga sampai lima tahun setelah mereka kembali dari Suriah, akan membawa pemikiran Islam Transnasional yang sangat tidak cocok dengan Indonesia.

Terlebih sebenarnya ideologi ini murni berkonteks (politik)  luar negeri. Awalnya adalah konteks Ikhwanul Muslimin yang merupakan gerakan pasca kolonialis di Mesir dan kemudian Hisbut Tahrir yang dibentuk komunitas pengungsi Palestina di Yordania. Ideologi ini juga menyangkut Al Qaida dan ISIS yang didorong oleh adanya monarki dan pemerintah sekuler Timur Tengah.Mereka semua sejenis karena selalu mengkampanyekan zaman keemasan masa lalu dunia Islam sebagai solusi terbaik bagi muslim saat ini.

Hanya saja, memang beberapa bagian terasa sangat asing sehingga para utopis kekhilafahan ini mencari cara untuk mendapat lebih banyak orang untuk mempercayai mimpinya. Salah satu caranya adalah membuat mimpi ini lebih dekat dengan kondisi dan konteks  local.

Gempuran yang paling gampang dilihat adalah film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) Film ini mensakralkan Turki sebagai Khalifah dan bagaimana Nusantara pada masa itu terkait dengannya. Hal yang sebenarnya tidak tepat untuk Indonesia. Hanya saja film ini mendapat perhatian besar dari beberapa kalangan diantaranya adalah HTI dan film ini  sangat berusaha agar orang Indonesia lebih bersimpati dengan kekhilafahan yang merupakan bagian dari ideologi transnasional.

Karena itu, kita memang harus waspada dengan setiap upaya kaum utopis dalam menyebarkan ideologi transnasional lebih banyak lagi. Sentimen Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) sering menjadi kuda tunggangan para utopis dalam hal ini kelompok radikalis.

Oleh karenanya, negara dan semua kekuatan masyarakat sipil, harus waspada, wajib melawan dan menindak tegas kelompok yg mengkampanyekan isu khilafah di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline