Lihat ke Halaman Asli

Hery Supriyanto

TERVERIFIKASI

Warga net

Es Tawon, Masih Bertahan Sejak 1955 dalam Kesederhanaan

Diperbarui: 28 Februari 2019   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peralatan dan bahan sederhana yang masih dipertahankan Es Tawon sampai saat ini sejak 1955. (Dokumentasi pribadi)

Namanya es campur sudah sering kita dengar dan rasakan. Di kota Malang terdapat es campur yang unik untuk dikunjungi. Dari namanya saja sudah membuat penasaran. Dan yang sulit dicari padanannya adalah termasuk minuman legendaris. 

Sudah ada sejak tahun 1955, dan saat ini masih terus bertahan. Masih sederhana dan apa adanya. Para wisatawan dari luar kota pun tak jarang menikmati manis dan segarnya es bersejarah ini.

Senin (24/02) lalu saya mengunjungi warung es ini yang berlokasi Jl. Zainul Arifin No. 35 Sukoharjo, Klojen, Kota Malang. Kesan sederhana terpancar di sini, layaknya seperti warung tradisional. 

Banyak orang mengunjungi warung es ini, tak sekadar penasaran dengan namanya ataupun rasanya. 

Di tempat ini juga kita bisa belajar sejarah dan bagaimana es ini bisa bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Warung es ini saat ini dikelola oleh Sri Utami (56 tahun) yang merupakan menantu dari sang pendiri almarhum Yamina, yang dibantu oleh adik kandungnya, Sucipto (42 tahun). 

Sri Utami begitu lancar menjelaskan tentang sejarah es campur ini. Sudah banyak media yang meliput baik dari arus utama (main stream) apalagi dari media sosial (medsos).

Adalah Yamina di tahun 1955 mencoba keberuntungan dengan berjualan es campur di halaman depan rumah yang masih tetangganya. 

Lokasinya di samping masuk Gang 1 Kidul Dalem, di pinggir Jalan Zainul Arifin (nama saat ini) yang merupakan jalur utama di tengah kota. Tak diduga jualannya ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat.

Alun-alun kota juga tidak jauh dari situ, demikian pula, saat itu Kantor Pendopo Pemerintahan Kabupaten Malang masih belum dipindah ke daerah Kepanjen. Maka tak jarang para pegawai negeri, polisi, tentara menjadi pelanggannya di saat waktu senggang.

Perihal nama yang unik ini tak lepas dari ungkapan para pelanggannya. Sri Utami mengemukakan bahwa di sekitar tahun 1970-an, saat berjualan beberapa tawon mengerumuni di sekitar wadah air gula. Patut diduga tawon berasal dari pohon Asam yang yang tumbuh tak jauh dari warung Yamina. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline