Lihat ke Halaman Asli

Herry Dim

Pekerja seni, penulis seni/kebudayaan, dan lingkungan hidup

Jeprut adalah Perlawanan

Diperbarui: 22 Oktober 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Herry Dim

JEPRUT itu apapun. Sementara, bagi saya, jeprut itu adalah perlawanan.

Disebut sebagai apapun karena sebagai perilaku (seni), jeprut tidak bermula dari definisi dan bahkan dalam berbagai hal dimulai dengan "menolak" segala definisi (seni) yang telah ada. 

Di dalamnya dan sampai sejauh ini, pelaku-pelakunya bisa berasal dari perupa, teatrawan, penari, pemusik, penyair. 

Tapi presentasi atau pun representasinya sudah tidak bisa lagi disebut sebagai sajian dalam satuan rupa, teater, tari, musik, atau pun syair; dan bahkan tidak juga bisa diartikan sebagai gabungan atau penjumlahan dari itu semua. 

Citra-citra dari asalinya (rupa, teater, tari, musik, teks, bahkan multimedia) memang kerap masih menjadi tanda dan/atau masih teridentifikasi, namun umumnya tidaklah hadir dalam salasatu atau pun gabungan kebakuan "ruang-ruang" tersebut. Jeprut pada gilirannya tak lain merupakan seni yang mandiri.

Pada masa-masa awal pertumbuhannya antara tahun 1980an (bahkan sesungguhnya sudah menggejala pada 1970an), jeprut sering disandingkan dengan fenomena "happening art" yang digerakan oleh aktivis "Dada" mulai pada 1950an. Beberapa tandanya seperti lukis, syair, musik, tari, dan teater pun memang menjadi cirinya. 

Bedanya, "happening art" cenderung masih dilandasi kesadaran tinggi bahwa yang disajikannya itu "pertunjukan," tak heran jika pada masanya masih memilih ruang atau arsitektur tertentu bahkan dengan sadar melakukan penataan sistem cahaya. 

Sementara jeprut relatif tak mempedulikan itu, ia bisa hadir di tempat "mongkleng" (gelap gulita) dan hanya dengan sedikit pencahayaan beberapa "cempor" (lentera), tak juga memilih tempat seperti contohnya sungai yang polutan pun bisa digunakannya.  

Dalam hal "ketakpedulian" akan media dan ruang serta keterbukaannya bagi siapapun, agak dekat juga dengan gerakan "Fluxus" yang merupakan bagian dari gerakan avant-garde. 

Jeprut pun relatif sangat terbuka, tak hanya menjadi tempat bagi yang belatarkan rupa, teater, tari, musik, teks, dan multimedia melainkan terbuka untuk dimasuki oleh siapapun dengan latar-belakangnya masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline