Lihat ke Halaman Asli

Heriyanto Rantelino

TERVERIFIKASI

Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

Buang 5 Persepsi Ini ketika Bergaul dengan Anak Muda Papua

Diperbarui: 8 Juni 2018   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemuda Papua. Dok: radarmiliter.blogspot.co.id

Lain lubuk, lain ikannya, lain daerah, lain juga bentuk pergaulannya. Nah, itulah salah satu pelajaran yang saya dapatkan di Tanah Papua. Ada beberapa perbedaan yang signifikan yang saya dapatkan ketika berada di Makassar dan Papua utamanya mengenai cara pergaulan dengan anak mudanya.

Setelah saya berada di sini kurang lebih 9 bulan, saya menemukan ada beberapa kekeliruan perilaku dan persepsi yang dilakukan anak muda utamanya pemuda yang berasal dari luar Papua. Kesalahan tersebut menyangkut perilaku dan persepsi yang salah dari pemuda non-Papua yang pada akhirnya membuat pemuda-pemuda Papua merasa ilfeel dengan tindakannya. Saya menguraikan beberapa persepsi yang keliru itu di antaranya:

1. Memandang Diri Hebat

Karena merasa dirinya berasal dari daerah di luar Papua di mana dia mengganggap bahwa pendidikan yang didapatkannya di luar sana lebih bermutu dan berkualitas, pada akhirnya dia memosisikan diri sebagai sebagai kaum yang lebih jago, utamanya dalam bidang akademik. Kesombongan yang membuat dirinya lupa diri. Agar keliatan pintar, dia menggunakan bahasa-bahasa akademisi sekalipun itu dalam pergaulannya sehari-hari, padahal kata-kata tersebut belum tentu dimengerti semua orang.

Bagaimana komunikasi yang nyambung satu sama lain adalah faktor yang paling utama dalam merebut hati pemuda Papua yang akhirnya membuat kita dihargai. Sejalan dengan waktu, pemuda Papua akan mengerti dengan sendirinya bahwa dia memang orang terpelajar. Jadi, tak mesti harus show off atau sok-sokkan pintar di depan mereka.

Tak ada salahnya sih menggunakan istilah-istilah ungkapan tapi tempatkanlah di kalangan orang-orang yang mengerti atau kalangan terbatas saja. Contohnya nih, menggunakan kata-kata seperti kata hegemoni, kultur, inflasi ketika berkumpul dengan teman pergaulan di Papua. Apa salahnya sih menggunakan kata penguasaan, kebudayaan, atau kenaikan untuk mengganti istilah tersebut. Orang kan lebih mudah mengerti. Bagaimana bisa menjalin hubungan yang erat dengan pemuda Papua kalau bahasanya saja tidak dimengerti.

Jangan remehkan pengetahuan pemuda Papua loh. Sepanjang pengalaman saya di sini, kemampuan orang Papua itu ternyata hebat-hebat loh, utamanya dalam keahlian tentang kajian teknis. Walau mereka terkendala keterbatasan dalam menjangkau jenjang pendidikan yang tinggi atau keterbatasan sarana dan prasarana dalam menunjang kemampuan analitis, pengalaman kerja di lapangan telah menempa mereka menjadi sosok yang kritis dan analitis dalam mengeksekusi suatu kegiatan.

2. Mengandalkan Kekuatan Suku

Selain suku asli Papua, tanah Papua juga kebanjiran pendatang yang berasal dari penjuru daerah. Beragamnya suku yang ada kadang menciptakan pola pikir yang berkutat pada isu  primordialisme (kesukuan). Dan sayangnya ada pemuda yang terperangkap pola pikir tersebut. Memandang kuantitas penduduk dari sukunya yang banyak, punya pengaruh baik di pemerintahan maupun di perusahaan swasta sehingga lebih memilih untuk bergaul sesama sukunya dan mengindahkan suku-suku lain dengan pandangan bahwa tak ada gunanya bergaul erat dengan mereka, toh mereka tak punya pengaruh signifikan dalam kehidupannya. 

Bagi orang-orang yang menganut pikiran sempit ini, kesukuannya dianggap sebagai tameng sehingga sedikit-sedikit bawa nama sukunya. Melakukan keonaran karena ulahnya sendiri tapi ketika dapat masalah, dengan sedikit bumbu-bumbu, dia menempatkan diri sebagai pihak yang teraniaya dan mengompori sukunya untuk menyerang oknum tertentu. Sekedar informasi ya, isu primpordialisme di Papua cukup tinggi, buktinya saja kalau ada kasus pasti tidak ditanya siapa pelakunya, tapi kebanyakan yang ditanyakan adalah asal sukunya. Mesti menempatkan diri dan cukup bijak dalam menyikapi suatu persoalan. Satu berbuat, bisa merembes ke permasalahan suku.

3. Siapa Bilang Pemuda Papua Tak Romantis?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline