Lihat ke Halaman Asli

Darwanto

Pria manula, purnabakti PNS

Transparansi Data Kematian Covid-19

Diperbarui: 13 Mei 2020   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi" BBC

Banyak orang yang tidak percaya tentang kebenaran data yang disampaikan setiap hari oleh Gugus Tugas Covid-19 melalui Juru Bicaranya.  Disebutkan bahwa jumlah kasus positif dan jumlah orang yang meninggal jauh lebih besar dari angka-angka yang disebutkan.


Lebih lanjut dikatakan bahwa Pemerintah telah berbohong kepada rakyat tentang korban Covid-19 untuk menutupi ketidakmampuannya mengatasi pandemi.

Pernyataan yang terakhir ini berbau politik, namun pernyataan yang pertama memang ada benarnya.

Perbedaan data yang disampaikan Pemerintah (baca: Kementerian Kesehatan) dengan kenyataan di lapangan, khususnya yang terkait dengan jumlah orang yang meninggal, adalah karena Pemerintah tidak memasukkan orang yang meninggal selain dari orang yang dinyatakan positif terkena virus korona.

Jadi mereka yang berstatus PDP (pasien dalam pengawasan) atau ODP (orang dalam pemantauan) yang meninggal tidak akan dimasukkan dalam angka kematian yang disampaikan setiap hari oleh Jubir Pemerintah selama tidak ada keterangan positif terinfeksi Covid-19. Bisa jadi meninggalnya karena penyakit lain, demikian pertimbangannya.

Mungkin PDP yang meninggal namun hasil tesnya yang positif diketahui setelah orang tadi meninggal tidak tercatat juga sebagai orang yang meninggal karena Covid-19.

Selain itu, Pemerintah juga tidak memasukkan orang yang terinfeksi virus korona tetapi meninggal di rumahnya, karena keterbatasan informasi.

Sehingga secara keseluruhan, jumlah orang yang meninggal karena Covid-19 ini sebenarnya lebih banyak dari jumlah kematian yang diumumkan.

***

Untuk memperkirakan jumlah orang yang meninggal karena Covid-19 sebetulnya tidak sulit. Cukup dibandingkan antara jumlah orang yang meninggal pada tahun lalu di suatu daerah, misalnya di DKI Jakarta, lalu dibagi 12. Dari sini diperoleh jumlah kematian rata-rata per bulan dalam situasi normal di daerah itu.

Angka itu kemudian dibandingkan dengan jumlah kematian pada bulan saat terjadinya wabah. Perbedaan dua data inilah yang dapat dianggap sebagai kematian karena Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline