Lihat ke Halaman Asli

Harry Darmawan Hamdie

TERVERIFIKASI

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

Pelajaran Kecil dari Jepang

Diperbarui: 27 November 2022   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Sampul buku Goodbye things Fumio Sasaki

Sejak kemenangan Jepang atas Jerman, saya mencari cari topik apa yang bisa ditulis tentang Jepang. Tapi sudah didahului banyak Kompasianer lain.

Setelah direnungkan dan dipaksa-paksakan mungkin ada beberapa hal yang perlu kita ambil pelajaran dari jepang bukan hanya kemenangannya, besok besok ya bisa kalah juga. Keseharian orang Jepang juga menarik untuk dicermati.

Jepang memang memberi kejutan di Piala Dunia dengan mengalahkan Jerman, kejutan itu tentu bukan asal kejutan, tapi berasal dari sistem liga yang baik, akademi sekolah bola yang tertata, sehingga banyak pemain bola Jepang yang bermain di liga utama negara eropa.

Di Indonesia liganya kebanyakan drama dan politik- malas ah komen.

Bagian menarik lagi tentang Jepang adalah tentang suporter jepang yang mengumpulkan sampah di stadion selesai pertandingan, emejing kan? Keajaiban yang berangkat dari budaya Jepang yang Seiri (ringkas), Seiton (rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (rawat), shitsuke (rajin). Urusan rapi, bersih, disiplin, jepang bisa jadi tempat kita berguru.

Sementara di tempat kita, sungai aja kadang di anggap bak sampah raksasa, dan tempat penampungan akhirnya di samudera. Di tempat saya aja kalo ada kegiatan yang mengumpulkan orang banyak, astaga bekas botol minuman kemasan bertebaran kemana-mana. Bahkan di tempat wisata sampah bungkus makanan dan minuman berjaya tak terurus.

Menurut hemat kami penerapan sanksi terhadap orang yang membuang sampah harus diterapkan, kalo belum menjadi budaya harus dipaksa dahulu.

Salah satu pemain Jerman menunjukan gestur berlari yang menganggap remeh pemain Jepang, karma kemudian kalah. Salah satu budaya Jepang adalah menghormati orang dan tidak ingin mengganggu orang lain.

Misalnya memakai masker ketika sakit flu, ketika pandemi salah satu faktor pengendali covid di jepang adalah adalah budaya jepang yang suka memakai masker sejak dahulu terutama pada musim panas dan musim flu.

Selama 2 tahun lebih dipaksa paksa protokol kesehatan bermasker ternyata kebiasaan memakai masker tidak juga menjadi budaya. Ketika pemerintah melonggarkan peraturan bermasker, masyarakat kita serasa bebas dari penjara, euforia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline