Lihat ke Halaman Asli

Harmoko

Penulis Penuh Tanya

Rumah Susun Bukan Kandang BertingkatSaatnya Bangun Hunian yang Manusiawi

Diperbarui: 27 Juni 2025   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi rumah layak huni(Dok. Shutterstock via KOMPAS.com)

Di tengah sorotan tajam pada rumah subsidi 18 meter persegi, satu kata kembali menggema sebagai solusi: rumah susun. Tapi, jangan buru-buru tepuk tangan dulu. 

Sebab yang selama ini dibangun seringkali bukan rumah susun, melainkan kesusahan yang disusun rapi dalam bentuk bertingkat.

Refleksi: Rumah Susun, Antara Harapan dan Trauma Kolektif

Bagi sebagian masyarakat, rumah susun punya reputasi yang tidak sedap. 

Terlalu banyak contoh rusun yang kumuh, minim fasilitas, jauh dari akses pekerjaan, dan terasa asing seperti "hotel horor jangka panjang."

Padahal, secara konsep, perumahan vertikal adalah solusi logis bagi kota-kota dengan keterbatasan lahan. 

Tapi seperti biasa, masalah kita bukan di konsep, melainkan di eksekusi.

Tiga Masalah Klasik Rumah Susun di Indonesia:

Pertama. Minim Perencanaan Sosial

Rumah bukan hanya struktur fisik. Kalau tidak ada ruang komunal, taman bermain, dan tempat ibadah, maka rumah susun hanya akan jadi kotak tumpuk penderitaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline