Lihat ke Halaman Asli

Harmoko

Penulis Penuh Tanya

Bukan Siapa yang Lebih Tahu: Kolaborasi HRD dan User dalam Menentukan Kebutuhan Tim

Diperbarui: 25 Juni 2025   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Foto kompasiana.com

Pernah dengar HRD dibilang "nggak ngerti lapangan"? Atau user yang dibilang "maunya enak sendiri"?

Di balik meja rapat dan saling lempar e-mail kebutuhan rekrutmen, ada satu realita yang sering terjadi: HRD dan user kadang seperti dua orang yang bicara dalam bahasa berbeda. Padahal, keduanya sedang bicara tentang hal yang sama---kebutuhan tim. Lucunya, alih-alih saling memahami, yang sering muncul justru tarik-menarik ego: siapa yang lebih paham soal kandidat yang dibutuhkan? Siapa yang paling tahu "yang terbaik" untuk tim?

Tapi mari berhenti sejenak dari drama itu. Mungkin pertanyaannya bukan siapa yang lebih tahu, melainkan---kenapa harus bersaing kalau bisa saling melengkapi?

Di banyak perusahaan, terutama yang mulai tumbuh dan membesar, muncul dinamika menarik antara HRD dan user (manajer atau kepala divisi) dalam urusan rekrutmen. Siapa yang sebenarnya paling tahu soal kebutuhan tim? Apakah HRD yang memegang peta besar strategi sumber daya manusia perusahaan, atau user yang tahu persis medan perang operasional harian? Pertanyaan ini sering kali muncul di ruang-ruang diskusi, bahkan tak jarang menjadi sumber gesekan kecil---dan kadang besar.

Namun, alih-alih mempertanyakan siapa yang lebih tahu, pendekatan yang lebih produktif justru adalah melihat bagaimana keduanya bisa saling melengkapi. Dalam konteks ini, kolaborasi bukan pilihan, melainkan kebutuhan.

Perspektif HRD: Lebih dari Sekadar Pengolah CV

Banyak orang masih berpikir bahwa tugas HRD hanyalah menyaring lamaran, mengatur jadwal wawancara, lalu menyerahkan kandidat ke user. Padahal, HRD memegang peran yang jauh lebih strategis. Mereka harus memastikan bahwa proses perekrutan selaras dengan kebijakan perusahaan, struktur organisasi, anggaran, hingga proyeksi kebutuhan tenaga kerja jangka panjang.

Sebagai contoh, ketika satu divisi mengajukan permintaan perekrutan tambahan, HRD perlu menimbang apakah kebutuhan tersebut sejalan dengan rencana ekspansi perusahaan, apakah ada potensi overlap antar-peran, atau justru bisa diisi dengan pengembangan internal. HRD juga menjadi pihak yang menjaga keseimbangan beban kerja dan struktur gaji antar-divisi agar tidak terjadi kesenjangan yang berpotensi memicu konflik.

Dengan kata lain, HRD punya peran sebagai penjaga harmoni struktural, bukan sekadar pengatur wawancara.

Suara User: Dekat dengan Realitas Lapangan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline