Lihat ke Halaman Asli

Hariadhi

Desainer

Senyum Miris yang Tersungging di Balik Masker

Diperbarui: 12 September 2020   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Yah sempat empat bulan ga dibolehin jualan apa-apa, sementara sewa ditarik terus!" Begitulah keluh Matwi, salah satu pedagang makanan kaki lima di lesehan Blok M Square. Otomatis selama empat bulan itulah ia harus kocar-kacir mencari penghidupan bagi keluarga. "Sekarang ini lagi mikir pindah aja pelan-pelan. Cari di luaran yang jauh lebih bebas dagangnya," ujarnya berusaha mencari jalan keluar  di tengah peliknya suasana pandemi. Apalagi lagi Gubernur Jakarta Anies Baswedan mendadak mengumumkan kembalinya PSBB total di ibukota ini.

Pun setelah beberapa minggu ini pembatasan sudah dibuka kembali, pengunjung tidak pernah kembali seperti semula. "Dulu saat PSBB pengunjung anjlok, tinggal 30 persen," terang salah seorang penjual di warteg lehesan Mbok Gendut. "Sekarang agak lumayan, tapi ya segitu saja ramainya." mukanya agak merengut. 

dokpri

Padahal lesehan Blok M Square adalah salah satu tempat favorit ngumpul-ngumpul dengan teman saat saya masih berkantor di sekitaran Panglima Polim dan Dharmawangsa. Dulu, baru dibuka lima belas menit saja, pengunjung sudah menyerbu semua tempat. Kini, setelah saya tunggu sekitar sejam, baru satu atau dua pasangan yang makan di sini. Itupun hanya memesan sekadar supaya ada alasan bisa duduk agak lama. 

Pandemi memang membuat banyak orang melakukan pengetatan, mengurangi belanja yang tak perlu. Dan ini ancaman bagi kelangsungan para pedagang makanan lesehan. 

Maka saat kemarin saya diajak Ira Lathief untuk ikut serta membagikan bingkisan dan masker dari Penyedap SASA, girang betul muka mereka saat merasa diperhatikan. Ya, di saat-saat sulit dan darurat seperti ini, kepedulian sekecil apapun akan sangat berharga bagi mereka. "Bantuan gue foto-foto dan bagi masker, Har. Dokumentasiin kegiatan ini ya!"

Tim Ira juga mengikutsertakan influencer yang membantu memberikan eksposur kepada para pedagang makanan ini. Lumayan, setidaknya orang akan ingat kembali nikmatnya makan lesehan di Blok M.

dokpri

Acara itu begitu simpel sebenarnya. Sepasang dokter diminta untuk menerangkan bagaimana kita bersikap bijak menghadapi pandemi di depan sekumpulan pedagang kaki lima. Tidak semua memiliki kesadaran memakai masker memang. Dan untuk itulah kemudian masker dan faceshield kemudian dibagikan gratis. Beberapa pedagang kecil yang saya jumpai mengakui tak memakai masker karena memang tak sanggup beli. Jangankan membeli masker, bisa dapat untung untuk sesuap nasi pun sudah lumayan, begitu pengakuan beberapa di antaranya. 

dokpri

Usai acara pembagian masker selesai, Ira pun pamit karena harus mengurusi kartu GSM smartphonenya yang bermasalah ke provider. Saya memutuskan turun ke basement. Setahu saya ada yang lebih rentan lagi terhadap kelesuan ekonomi, para pedagang sayur dan daging. 

dokpri

Benar saja, saya coba elus tomat dan sayurannya, kisut dan layu. Tampaknya sudah lebih dari sehari teronggok di sana. "Ambil aja mas, saya kasih murah deh," demikian kata salah seorang pedagang. "Udah empat bulan kita begini. Sepi banget. Sementara sewa kios masih aja harus bayar. Paling didiskon sedikit karena pandemi. Tapi ya bayar juga," keluhnya. 

Blok M Square kini memang begitu terasa sunyi senyap. Belum pukul 19:30 pun, toko-toko sudah banyak yang tutup. Padahal dulu hingga pukul 21:00 masih terasa begitu ramainya dengan pedagang kain, buku, dan makanan. Kini yang tersisa hanyalah pemandangan kios-kios kosong, dengan sosok security yang menatap dengan nanar.

Entah apa yang akan terjadi dengan mereka saat PSBB total benar-benar diberlakukan mulai hari Senin. Semoga saja keselamatan menaungi kita semua... 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline