Oleh: Hanna Ainur Rosyidah
Di dunia yang sudah semakin canggih ini, kita terkadang merasa semakin kuat. Kita bisa bicara lintas negara dalam hitungan detik, menciptakan robot, bahkan membangun kecerdasan buatan yang menyerupai pikiran manusia berupa AI. Sehingga di balik semua kemajuan itu, tersimpan satu fakta sederhana yang kadang terlupakan bahwa 'manusia tetaplah makhluk lemah.'
Namun, pernah tidak, di tengah sibuknya hidup, kamu tiba-tiba merasa kosong?
Semua kelihatannya baik-baik saja, tapi hati kita terasa sepi. Di titik itulah, akhirnya kita sadar bahwa ada satu hal penting yang sering kita lupakan yakni 'Tuhan.'
Terkadang kita baru mengingat tuhan saat kita panik karena terserang penyakit, ataupun saat kita bingung dan kehilangan arah hidup, dan kita menangis diam-diam saat semua terasa sunyi. Lalu dalam keheningan itu, biasanya kita barulah ingat satu hal yakni 'Tuhan.'
Dalam banyak ajaran agama, Tuhan digambarkan sebagai Zat yang Maha Sempurna. Dia tidak membutuhkan kita. Bahkan jika seluruh manusia tidak percaya kepada-Nya, Dia tetap ada. Kuasa-Nya tidak berkurang sedikit pun. Dalam Al-Qur'an disebutkan:
"Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari (tidak memerlukan) semesta alam." (QS. Al-Ankabut: 6)
Dalam Alkitab pun ditegaskan:
"Allah, yang menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam di dalam kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan sesuatu."
(Kisah Para Rasul 17:24-25)
Artinya, bahwa sesungguhnya Tuhan tidak memerlukan pelayanan manusia untuk menjadi Tuhan. Justru manusialah yang memperoleh makna, arah, dan keselamatan melalui hubungan dengan Tuhan.
Jadi, ibadah yang kita lakukan, serta doa yang kita panjatkan, bukan hanya sekedar untuk "membesarkan" Tuhan. Tapi justru untuk menyadarkan diri tentang siapa diri kita sebenarnya.
Sebaliknya, manusia memiliki banyak keterbatasan, sehingga Manusia butuh tempat bergantung. mereka butuh arah serta tujuan. Dan semua itu tidak bisa dipenuhi hanya dengan uang, jabatan, atau popularitas. Itulah sebabnya, Tuhan adalah tempat berlindung yang tidak pernah mengecewakan sehingga dalam setiap kegelisahan batin, manusia akhirnya kembali mencari Tuhan, entah lewat doa, meditasi, atau tangis dalam sujud malam.