Lihat ke Halaman Asli

Berdamai dengan luka diri sendiri

Diperbarui: 1 September 2025   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdamai dengan luka diri sendiri

 

oleh :

Hani Nurhayanti

Setiap insan memiliki hati yang tidak terlihat secara kasat oleh mata. Luka itu bisa hadir dalam beberapa fase kehidupan, melalui pengalaman ketidaknyamanan, pengkhianatan, penolakan, kelelahan, atau kekecewaan yang berkepanjangan. Rasa sakit tersebut bisa mengusik batin, pikiran, bahkan harapan yang belum tercapai. Dalam perjalanan hidup, luka tidak dapat sepenuhnya dihindari,datang tanpa diundang, namun cara kita menyikapi dan mengolah luka itulah yang menentukan bagaimana kita bertahan dan melangkah lebih baik lagi menata diri.

Setiap jiwa dan hati pasti pernah merasakan ketidaknyamanan dengan keadaan kita sekarang ini, goresan-goresan luka yang muncul seiring dengan perjalanan hidup ini. Gundah gulana merasa terpikirkan oleh ucapan-ucapan ataupun perilaku orang lain yang menyakiti hati bergulat,bergumam dengan hati dan pikiran, terasa sakit membuat hati ingin berusaha membencinya dan ingin melupakan sejenak bahwa kita pernah mengenalnya. Dalam heningnya malam,menganggu tidur lelap kita melayang-layang dalam pikiran sehingga tidurpun tidak nyenyak dan kadang juga makan tidak enak untuk ditelan dan dirasakan setiap gigitannya.

Menerima luka batin bukan berarti melupakannya,berpura-pura tidak merasakannya,mengabaikannya, melainkan sebuah proses untuk menyadari bahwa luka itu sangat terasa, pernah menimbulkan rasa sakit di hati, dan meninggalkan rekaman jejak dalam kehidupan. Upaya menghadapi luka diri bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menyibukkan diri melalui kerja keras, menjaga jarak dari orang yang menjadi sumber luka, menghindari percakapan yang memicu ingatan kita akan rasa sakit tersebut, atau melakukan aktivitas yang menenangkan (rileks) dan memberi rasa lega dari kekecewaan ataupun pergi sejenak dari keramaian.

Berdamai dengan luka sendiri merupakan salah satu mencintai diri kita sendiri, dan tetap menjaga kewarasan diri sehingga bisa menjalani kehidupan dengan tentram, indah dan damai. Lagipula orang-orang hebat dan kuat tidak tercipta dengan segala kenyamanan dan kemudahan hidup tetapi kekuatan pengalaman akan memproses membentuk diri sendiri lebih kuat dan tegar, karena setiap orang yang mempunyai kualitas, cara mengeksekusi dan daya tahan yang sangat kuat dihantam oleh keadaan, kesulitan, kegagalan, keterpurukan pastinya tidak akan mudah terpuruk dan bisa menelan kenyataan yang pahit.

Langkah akhir dalam menyudahi luka diri adalah kita harus berdamai dengan luka diri sendiri adalah berusaha memaafkan oranglain, situasi ataupun keadaan yang ada. Memaafkan  walaupun kadang berat terasa tapi hal ini bisa membuat kita lebih lega dan bisa berusaha lebih dewasa menjalani kehidupan lebih baik lagi. Dan yang pasti tentunya menyerahkan segala sesuatunya, pasrahkan semua urusan kita kepada Alloh SWT dalam sujud dan untaian doa  dalam sujud sehingga kita bisa dituntun kejalan yang lebik baik lagi menata hidup dan diri supaya tenang, nyaman, ikhlas dengan semua takdir yang tertuliskan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline