Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Diam-diam Puisiku Berbicara

Diperbarui: 16 April 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pixabay.com

Aku tak lagi mendengarkan kata hatiku sengaja aku memilih sibuk dengan puisi-puisi milikmu yang berebut masuk ke dalam pikiran lewat jendela rumahku ketika angin mengirimkan lelucon kecut yang paling busuk seputar hidup dan maut.

Sedang di luar sana, seorang lelaki berambut gimbal yang gemar tertawa dan berbicara sendirian selalu menanyakan kepadaku dimana rumah ibunya yang sudah meninggal itu, ia hendak kesana dan ziarah ke kamar ibunya.

Aku pernah bersekutu dengan makhluk halus yang wajahnya penuh jerawat dan ia malu menampakkan diri ketika ku paksa mengajaknya ke salon di bawah pohon jamblang. Katanya di pohon itulah seluruh keluarganya tinggal, ia tak mau pulang takut di cekik lehernya entah oleh siapa.

Aku juga pernah dekat dengan gembong narkoba antar daerah, aku akrab dengannya karena ia rajin dan senang menulis puisi dan aku pernah kecanduan puisi-puisinya sementara ia terus di buru oleh polisi sedangkan aku masuk penjara gara-gara satu linting ganja terselip di buku puisinya.

"Ini buku siapa"

"Bukan buku saya pak"

"Bukan buku kamu kenapa kamu bawa-bawa"

"Ini buku puisi punya teman saya pak"

"Kok ada ganjanya"

"Saya tak tahu, kalau soal itu pak"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline