Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diam-diam Puisiku Berbicara

16 April 2021   15:44 Diperbarui: 16 April 2021   16:08 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pixabay.com

Aku tak lagi mendengarkan kata hatiku sengaja aku memilih sibuk dengan puisi-puisi milikmu yang berebut masuk ke dalam pikiran lewat jendela rumahku ketika angin mengirimkan lelucon kecut yang paling busuk seputar hidup dan maut.

Sedang di luar sana, seorang lelaki berambut gimbal yang gemar tertawa dan berbicara sendirian selalu menanyakan kepadaku dimana rumah ibunya yang sudah meninggal itu, ia hendak kesana dan ziarah ke kamar ibunya.

Aku pernah bersekutu dengan makhluk halus yang wajahnya penuh jerawat dan ia malu menampakkan diri ketika ku paksa mengajaknya ke salon di bawah pohon jamblang. Katanya di pohon itulah seluruh keluarganya tinggal, ia tak mau pulang takut di cekik lehernya entah oleh siapa.

Aku juga pernah dekat dengan gembong narkoba antar daerah, aku akrab dengannya karena ia rajin dan senang menulis puisi dan aku pernah kecanduan puisi-puisinya sementara ia terus di buru oleh polisi sedangkan aku masuk penjara gara-gara satu linting ganja terselip di buku puisinya.

"Ini buku siapa"

"Bukan buku saya pak"

"Bukan buku kamu kenapa kamu bawa-bawa"

"Ini buku puisi punya teman saya pak"

"Kok ada ganjanya"

"Saya tak tahu, kalau soal itu pak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun