Seperti kehendak yang tak pernah terwujud, seperti waktu yang tak pernah terbentuk segalanya mengalir menyeret kegelisahan di selasar malam ketika angin melepas kepergian musim kemarau. Dan aku masih terjaga dalam kebimbangan yang senantiasa membuatku takut untuk berjalan.
Begitu banyak kenangan tertinggal dan aku harus memilih yang mana mesti ku simpan yang mana mesti ku buang sementara waktu tak pernah mau menunggu hingga subuh datang mengetuk pintu. Haruskah aku bertahan dalam sepi malam ku atau ku biarkan subuh membuka tabir yang telah lama membeku, aku di paksa menyerah oleh waktu.
Duhai kematian yang pasti datang menjemput, duhai angin lara yang membawa kabut, sesepi inikah perasaanku hingga sekian lama aku menyudut menahan rintik tangis dalam lembar sejarah hidupku yang berbau amis, getir dan pahit tercampur dalam satu gelas yang membuatku mabuk. Aku di paksa untuk bertekuk lutut.
Oleh waktu, oleh hari, oleh kesibukkan yang membuatku susah tidur, oleh kematian yang pasti menjemputku, oleh kenangan kelam yang terus menghantuiku. Gelap menyeringai seketika memelukmu.
Handy Pranowo
161120