Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bipolar

16 November 2020   01:02 Diperbarui: 16 November 2020   01:53 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti kehendak yang tak pernah terwujud, seperti waktu yang tak pernah terbentuk segalanya mengalir menyeret kegelisahan di selasar malam ketika angin melepas kepergian musim kemarau. Dan aku masih terjaga dalam kebimbangan yang senantiasa membuatku takut untuk berjalan. 

Begitu banyak kenangan tertinggal dan aku harus memilih yang mana mesti ku simpan yang mana mesti ku buang sementara waktu tak pernah mau menunggu hingga subuh datang mengetuk pintu. Haruskah aku bertahan dalam sepi malam ku atau ku biarkan subuh membuka tabir yang telah lama membeku, aku di paksa menyerah oleh waktu.

Duhai kematian yang pasti datang menjemput, duhai angin lara yang membawa kabut, sesepi inikah perasaanku hingga sekian lama aku menyudut menahan rintik tangis dalam lembar sejarah hidupku yang berbau amis, getir dan pahit tercampur dalam satu gelas yang membuatku mabuk. Aku di paksa untuk bertekuk lutut.

Oleh waktu, oleh hari, oleh kesibukkan yang membuatku susah tidur, oleh kematian yang pasti menjemputku, oleh kenangan kelam yang terus menghantuiku. Gelap menyeringai seketika memelukmu.

Handy Pranowo

161120

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun