Lihat ke Halaman Asli

Hanom Bashari

wallacean traveler

Membelah Danau Tempe, Menyaksikan Sisa Kehadiran Para Pelintas Samudra

Diperbarui: 16 September 2021   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi hari, membelah kerumunan eceng gondok di Danau Tempe. (@Hanom Bashari)

2015. Danau Tempe, Sulawesi Selatan

Tak selamanya perjalanan saya menggunakan perahu hanya di lautan. Walaupun tak banyak, satu kali saya pernah juga menyusuri sungai dan danau. 

Beberapa yang cukup terkesan ketika saya mengunjungi Danau Tempe di Sulawesi Selatan.

---

Tepat selepas subuh, jelas masih gelap. Saya telah bersiap di muka hotel menunggu kawan baru saya. Mobil sewaan kami pun sudah siap. 

Tak lama, Olivier kawan saya, datang. Kami segera masuk ke mobil dan menuju Tempat Pelelangan Ikan 45 di tepi Sungai Walanae, Sengkang, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.

Ufuk timur sudah terlihat agak terang, cerah di awal Maret ini. Sebuah perahu kayu kecil bermotor ketinting telah menunggu kami di tepi dermaga kecil yang telah dikontak oleh teman kami sebelumnya. 

Kami berdua segera menduduki posisi masing-masing dalam perahu tanpa cadik ini, kemudian meluncur cepat melawan arus Sungai Walanae ini yang tenang, menuju barat, letak Danau Tempe tujuan kami.

Baca juga: Ketinting, Kapal Layar, dan Kehidupan Desa Pesisir

Entah bagaimana, frasa  Danau Tempe ini selalu teringat-ingat di pikiran saya, bahkan seperti begitu membekas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline