Lihat ke Halaman Asli

Hamzah Jamaludin

Hiduplah seperti yang engkau kehendaki, mencintailah selama engkau merasakan.

Rumus Berkurang

Diperbarui: 26 Februari 2021   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku serahkan tubuh dan mimpiku di kota rantau, saat malam pekat, hilir angin menusuk sendi-sendi tulang, di atas iringan doa yang senantiasa terpanjat, kaki-kaki kecil menampakkan jejaknya terhapus hujan deras, ranting-ranting patah, gugur berdansa, seperti biasa rumus berkurang.

Lihat aku tinggalkan selembar kertas aku harap kau berkenan menuliskan pesan agar kelak aku ingat, pesan ini aku jaga, akan hendak aku bingkai di sanubari.

telisik ke luar coba kau bersihkan ranting-ranting yang jatuh selepas sore kemarin, aku titipkan semuanya di sana berharap lekas bisa saling bertatap kelak.

Hari ini dan seterusnya mimpiku masih sama tidak pernah padam, di tanah perantau yang jauh dengan pelukan dan kasih orang terdekat, aku merasa sepi ini menyelinap di lorong-lorong malam, di saat terlelap mereka masuk tidur bersamaku, seolah menemaniku di kala terlelap.

Tetapi begitulah nasib, kita hanya bisa menerka-menerka, berharap penderitaan terlepas surut menghilang.

Kau akan menunggu di sudut kamar, sambil menghilangkan cemas mendalam, di bawah lampu silau mendengarkan lagu sebagai penenangan, gundah tidak menentu berharap lekas lerai segalanya, siang dan malam bertukar warna, bertukar rasa menyimpan rindu di kejauhan, rindu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline