Lihat ke Halaman Asli

Hamim Thohari Majdi

TERVERIFIKASI

Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

Cara Menghadapi Anak Suka Bicara Kotor

Diperbarui: 28 September 2022   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mau dikatain seperti itu (sumber gambar : Hamim Thohari Majdi)

 

Keterampilan berbicara haruslah dilatih sejak dini, supaya kelak anak-anak akan terbiasa dengan bicara menurut  tata kesopanan yang berlaku di lingkungannya. Sehingga mereka mudah beradaptasi dalam kontak sosial dan bisa menempatkan diri pada posisi yang tepat.

Seorang ibu bernama Indah mengadukan kepada guru tentang anaknya yang dinilai sudah keterlaluan dalam menggunakan istilah yang "menjijikkan", sang ibu bertutur kepada guru "anak saya akhir-akhir ini bicaranya sangat kotor", lalu sang guru menimpali "kotor yang bagaimana bu?". Sang ibu melanjutkan "menyebut nama hewan seperti anjing, coro, monyet dan lainnya"

PASTIKAN

Sang guru menyatakan ke ibu  Indah untuk memastikan apakah benar yang dikatakan sang anak ketika menyebut "binatang" seperti di atas dengan kesengajaan, berapa kali ibu mendengarnya, beberapa kali atau apakah  sudah berulang-ulang.

Penting untuk memastikan apa yang diucapkan anak, agar orang tua tidak salah dalam melakukan tindakan. Memastikan di sini yaitu kata-kata yang diucap, bukan salah dengar sehingga berbeda apa yang diucapkan anak dengan apa yang didengar oleh orang tua.

Dalam situasi yang ramai, sulit untuk menangkap pembicaraan seseorang, apalagi bila tidak dalam satu frekwensi, karena banyak suara yang lebih keras atau lontaran kata-kata yang menjadi perhatian khusus telinganya.

Jangan gegabah dan memastikan bahwa sang anak benar-benar mengucap kata kotor, bila salah dengar dan langsung menuduh dengan  nada marah kepada anak, menjadikan marah orang tua tidak mendapat tempat di hati anak, pada akhirnya rasa sayang mulai berkurang dan keakraban mulai longgar.

AJAK NGOBROL

Salah satu cara untuk bisa menguras pesan yang terpendam dalam hati anak yaitu melalui cara sharing orang biasa mengebut dengan ngobrol. Orang tua harus mampu membuat suasana yang sedemikian  bersahabat dengan anak.

Hilangkan kesan dan cara-cara yang menyudutkan anak dan memerankan diri sebagai seorang yang mengintrogasi, sehingga anak ditempatkan pada posisi bersalah. Mulailah obrolan dengan pertanyaan, dengan bertanya "mengapa adik atau kakak, menyebut monyet, sambil melotot?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline