Cerita tentang Kopi Sambil Ngopi
Ngopi adalah bagian dari keseharian masyarakat kita. Biasanya dimulai di pagi hari ketika sarapan, bisa lanjut siang dan sore bahkan malam hari. Boleh dibilang tak ada waktu yang terlewatkan tanpa ngopi. Kalo mau dibilang ngopi adalah bagian dari gaya hidup, gak salah juga. Orang ngopi bisa di mana aja, di rumah, warung kopi alias warkop, kantor, kafe atau di tempat terbuka seperti taman. Ngopi sudah jadi ritual 'wajib' masyarakat kita.
Saya termasuk penikmat kopi, meskipun bukan kelas berat. Biasanya saya ngopi jam 9 pagi dan dan sore setelah Asar. Bagi saya secangkir kopi di pagi hari dan secangkir lagi di sore hari itu sudah cukup. Saya biasa mengonsumsi kopi hitam plus sedikit gula (takut kena diabetes, he..he..). Maunya sih kopi hitam tanpa gula, tapi kayaknya perlu waktu dan pembiasaan. Kadang saya minum juga kopi instan atau kopi kekinian sebagai selingan.
Saya lebih suka kopi Robusta daripada kopi Arabika, karena rasa pahit kopi Robusta lebih menonjol dibandingkan Arabika. Istilah penikmat kopi, body Robusta lebih terasa daripada Arabika. Sementara kopi Arabika ada rasa lain selain rasa pahit, seperti rasa manis (sweet) dan asam (sour/acidity), tapi bukan rasa yang pernah ada ya, ehem...ehem. Selain kedua jenis kopi tersebut, masih ada kopi Liberica dan Exelsa. Terus terang saya belum pernah icip-icip kedua jenis kopi ini, jadi saya gak bisa mendeskripsikan gimana rasanya.
Soal dari mana asal kopi itu bagi saya gak masalah. Saya juga gak terlalu fanatik dengan kopi dari daerah tertentu, seperti Gayo, Lampung, Rejang Lebong, Toraja, dan Papua. Prinsip saya, kalo kopi itu sudah nikmat di lidah dan pas dengan selera saya, cocoklah dia sebagai "teman" di pagi dan sore hari. Salah satu kopi yang cocok dengan lidah saya adalah kopi Rejang Lebong (Bengkulu). Ini adalah soal kecocokan dan selera masing-masing penikmat kopi, jadi memang sangat subjektif. Bisa jadi kopi jenis "X" cocok buat si "A" tapi belum tentu cocok buat si "B" dan kopi jenis "Y" cocok buat si "B" tapi gak cocok buat si "A".
Banyak orang percaya kalo ngopi bisa mencegah kantuk. Apa iya? Paling tidak hipotesis ini bagi saya gak berlaku. Buktinya, walaupun saya sudah ngopi, rasa kantuk tetap aja gak bisa ditahan, he..he.. Kondisi ini pun juga dialami oleh beberapa teman sesama penikmat kopi. Jadi, buat saya ngopi itu bukan untuk menghilangkan ngantuk atau bikin mata tetap melek, tapi ngopi itu untuk dinikmati dan sebagai teman kerja. Saya sering kali ngerjain tugas, bikin tulisan seperti ini atau rapat offline dan online (via Zoom) ditemani secangkir kopi plus cemilan. Dengan ngopi saya bisa lebih bersemangat dan konsentrasi membuat tugas maupun ikut rapat atau diskusi.
Selain sebagai bagian rutinitas sehari-hari, ngopi ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Syaratnya, jika kita ngopi tanpa adanya campuran. Para ahli menyarankan orang dewasa minum kopi dua cangkir kopi hitam setiap hari, yaitu satu cangkir di pagi hari setelah sarapan, dan satu cangkir di malam hari.
Kopi merupakan penyumbang terbesar dari kafein, sebuah stimulan yang membantu orang lebih bersemangat. Kafein dari secangkir kopi hitam dapat sangat cepat terserap ke dalam darah hanya dalam waktu 20 menit, dan akan menetap dalam aliran darah selama lebih dari 12 jam. Kafein yang ada di dalam aliran darah tersebut menyebabkan lonjakan detak jantung, tekanan darah, dan energi. Lalu, kafein mulai memengaruhi tingkat adenosin dalam otak. Itulah sebabnya mengapa setelah dua puluh menit sejak meminum secangkir kopi, kita merasa bersemangat.
Ada banyak manfaat ngopi setiap hari bagi kesehatan tubuh. Berikut manfaat kopi seperti dikutip dari Medium, Times of India, dan AARP Amerika Serikat, yaitu : menguatkan antioksidan; meningkatkan fungsi kognitif otak; meningkatkan daya ingat; menjaga suasana hati (mood); mencegah penyakit jantung; mencegah penyakit kanker; dan mengurangi risiko diabetes. Kopi ternyata juga dapat diandalkan untuk mempercepat penurunan berat badan. Metode diet kopi yang diperkenalkan oleh Dr. Bob Arnot ini dikenal dengan sebutan "The Coffee Lover's Diet".
Tetapi, kita juga harus waspada terhadap efek negatif kopi, terutama kandungan kafeinnya. Efek negatif dari kafein yang terlalu banyak antara lain, meningkatkan kecemasan, mengganggu pola tidur, menyebabkan tidur gelisah, meningkatkan kadar gula darah, membuat lebih sulit bagi mereka dengan diabetes tipe 2 untuk mengelola insulin mereka, potensi menyebabkan pelemahan tulang belakang pada wanita pascamenopause, dan menyebabkan mulas (bagi yang memiliki masalah asam lambung). Beberapa orang yang rutin ngopi tetapi mendadak berhenti, dapat memicu sakit kepala, kekaburan mental, dan kelelahan selama beberapa hari sampai tubuh beradaptasi.
Inilah sekelumit cerita tentang ngopi dan kopi yang sangat terbatas dan apa adanya. Masih banyak lagi cerita tentang perkopian yang belum dikulik di sini, seperti sejarah asal usul tanaman kopi, kopi sebagai sebuah komoditas, proses pengolahan kopi dari hulu hingga hilir (mulai dari proses penyortiran biji kopi, penjemuran, penggilingan, roasting (sangrai) hingga penyeduhan kopi), khazanah kopi Nusantara, dan ngopi sebagai tren kaum milenial. Semoga cerita singkat ini sedikit membuka mata kita terhadap status dan peran kopi di masyarakat. Kuy lah kita ngopi!