Lihat ke Halaman Asli

Kalau Saefullah Menang, Ahok Bakal Balik

Diperbarui: 5 September 2016   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkah kita memikirkan atau setidaknya membayangkan bagaimana jika gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama kalah dalam tanding laga Pilgub ke depan? Rasanya tidak mungkin!

Pernahkah kita membayangkan akankah mungkin sosok yang sudah begitu nge-hit seperti Ahok, sosok yang selalu tidak pernah terekspos kasus korupsi, sosok yang memperlihatkan ketegasan ala-ala Betawi, kalah? Rasanya kecil kemungkinan.

Pernahkah juga kita membayangkan siapa gerangan yang bisa mengalahkan elektabilitas Ahok yang oleh banyak media disebutkan selalu nomor satu? Siapakah yang bisa mendobrak hal-hal itu? Mengalahkan Ahok mungkin banyak yang menilai ibarat menentang samudera. Menjatuhkan suara Ahok kelak mungkin bak mengangkat gunung. Hampir pasti mustahil jawabannya.

Ini jugalah yang menjadikan Ahok serasa di atas angin. Ini yang menyebabkan sikapnya juga petantang-petenteng terlihat tak mengemis di hadapan partai. Bisa jadi, sikap dan kondisi inilah yang malah menjatuhkan dirinya sendiri.

Sangat wajar jika Ahok merasa dirinya tak ada pesaing. Namun, melihat sikapnya terhadap pesaing lain, ada sinyal kekhawatiran yang juga muncul dari dirinya. Sebut saja atas dicalonkannya Saefullah, Sekda DKI Jakarta. Secara jabatan, Saefullah merupakan bawahan Ahok. Di beberapa media Ahok menyebutkan Saefullah sosok yang layak untuk menjadi cawagub karena pengalaman birokratnya yang tinggi. Namun di sisi lain, tidak lepas rasa was-was dipertontonkannya ke khalayak.

Salah satu contoh yang kentara adalah saat berbagai tuduhan seolah ditumpahkan pada Saefullah dari atasannya itu. Merasa tau dan paling paham bagaimana bawahannya, Ahok mengambil celah itu untuk mem-black campaign Saefullah. Mulai dari menyebutkan sela-sela kebobrokannya, mengaitkan Saefullah pada kasus reklamasi, hingga tudingan lain yang tajam menusuk.

Hal ini menjadi bukti bahwa sejatinya ada rasa khawatir, cemas ataupun takut di diri Ahok atas lepasnya jabatan gubernur. Ini juga semakin dikuatkan dengan penolakannya atas peraturan cuti empat bulan bagi petahana sebelum mencalonkan diri lagi. Jika Ahok berani dan yakin menang, semestinya sikap-sikap itu tidak dimunculkannya. Jika ia pemimpin yang sportif, semestinya malah menyambut baik gayung pencalonan orang lain, termasuk bawahannya sendiri.

Mungkin ini saatnya menjadi titik balik bagi rakyat DKI untuk tidak memilih Ahok. Mungkin ini saatnya kita sadar, bahwa sejatinya Ahok hanyalah mantan pasangan Pak Jokowi yang kini menjadi presiden. Mungkin ini saat terbaik bagi kita warga DKI untuk memiliki harapan baru bagi Jakarta dengan tidak memilih Ahok namun memberikan Saefullah kesempatan memimpin. Inilah saat yang tepat untuk memulangkan Ahok ke daerah asalnya sana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline