Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Berutang Memang Enak, tapi Jangan Mau Enaknya Saja

Diperbarui: 31 Juli 2019   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berutang memang enak, tapi jangan mau enaknya saja. Bila punya duit berlebih harus segera dilunasi./Foto ilustrasi: bali.tribunnews.com


Bila harus memilih, sampean (Anda) lebih suka berada di posisi mana antara orang yang berutang ataukah yang memberikan pinjaman (baca utangan)?

Karena pernah mengalami berada di posisi keduanya, bahkan tidak sekali dua kali, saya bisa merasakan betapa berhutang dan memberikan pinjaman ke orang lain itu sebenarnya sama-sama enak.

Kok bisa memberikan utang kepada orang lain itu enak. Apa enaknya ?

Bila mereka yang datang berhutang kepada kita itu memang benar-benar membutuhkan alias duit hasil pinjamannya digunakan untuk keperluan mendesak, serta orang yang datang meminjam itu memang baik dan bisa dipercaya, sampean pastinya akan senang bisa membantu.

Bahkan, kita mungkin tidak membayangkan bila duit yang kita pinjamkan itu ternyata bermanfaat besar bagi keluarga si peminjam itu. Semisal orang yang butuh tambahan modal awal untuk berjualan, lantas bisa mengembangkan usahanya dari hasil pinjam duit itu sehingga pada akhirnya keluarganya bangkit dari keterpurukan ekonomi.

Atau juga bila duit hasil pinjaman itu dipakai untuk membayar kebutuhan sekolah, sehingga lantas anaknya tumbuh menjadi anak berprestasi dan dengan ilmunya bisa memberikan kemanfaatan pada banyak orang. Bila seperti itu, bukankah kita juga ikut andil dalam memberikan andil manfaat.  

Anggap saja meminjamkan duit itu bagian dari ikatan seduluran (pertemanan). Seperti kutipan kata eyang Pramoedya Ananta Toer dalam buku "Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer (Catatan Pulau Buru)":

"Persaudaraan yang diikat oleh sesuatu. Dengan ikatan itu mereka saling menjaga, saling membantu bila ada keperluan".

Tetapi memang, bagi kebanyakan orang, berutang itu lebih enak daripada memberikan utangan. Saya pun pernah merasakan berutang itu memang enak. Bagaimana tidak enak, lha wong kita tinggal sekadar 'bekerja meyakinkan orang' dengan ucapan, lantas mendapatkan duit dalam jumlah yang kita inginkan. Enak kan!

Itu yang pernah saya rasakan ketika dulu mengajukan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) ke bank beberapa bulan sebelum menikah. Setelah semua persyaratan saya penuhi--dari mulai wawancara hingga pemberkasan dan membayar uang muka--- pihak bank pun setuju dengan besaran KPR yang saya ajukan. Jadilah rumah itu dibangun pada awal 2010 silam.

Saya masih ingat, ketika hendak membeli rumah tersebut, saya bertemu dengan seorang bapak yang juga mengambil rumah. Meski baru kenal, saya tidak pernah lupa ucapannya kala itu. Kata dia: "hanya orang-orang berani yang berani berutang. Kalau tidak berani berutang, sulit punya rumah". Ternyata si bapak itu lantas menjadi tetangga saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline