Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Sariyati dan Potret Pentingnya Pelaku Usaha Mikro Andalkan Fintech

Diperbarui: 19 Mei 2019   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sariyati, pelaku usaha rumahan opak gambir/Foto Pribadi

Akses pembiyaan acapkali menjadi masalah klasik bagi pelaku usaha rumahan. Tidak sedikit pelaku usaha mikro yang bercita-cita ingin mengembangkan usahanya menjadi lebih besar, tetapi terkendala modal. Mereka harus bersusah payah untuk mendapatkan sumber dana. 

Gambaran seperti itulah yang pernah dialami Apsiah saat mengawali mengelola bisnis ikan cupang. Dikutip dari dream.co.id, perempuan berusia 34 tahun ini berkisah tentang bisnis ikan cupang yang mulai dirintis bersama suaminya pada beberapa tahun silam.

Apsiah memulai usahanya dengan modal cekak. Dia hanya berbekal kemampuan beternak cupang. Mereka pernah kekurangan modal untuk menjalankan bisnis. Meminjam orang tua bukan solusi karena keluarga mereka bukan dari kalangan berduit. Dia juga enggan meminjang uang ke rentenir yang malah menambah susah.

Di tahun 2011, Apsiah menemukan akses untuk mendapatkan peluang tambahan modal. Dia tertarik dengan tawaran pinjaman uang yang disediakan sebuah aplikasi layanan jasa keuangan berbasis digital. Kala itu, dia diajak ibu RT untuk bergabung ke suatu kelompok yang mengajukan pembiayaan fintech (financial technology) peer to peer lending yang menghubungkan peminjam dengan investor.

Dia lantas mendapatkan pembiayaan sebesar Rp 500 ribu yang dipakai untuk uang muka sepeda motor agar suaminya bisa menghemat ongkos transportasi. Apalagi, angsurannya dari pembiayaan Fintech itu tak memberatkan pelaku mikro. Setelah lunas, dia kembali mengajukan pinjaman untuk mengembangkan bisnis ikan cupangnya. Pada akhirnya, Apsiah bisa mereguk sukses dari bisnis ikan cupangnya. Selain karena keuletannya, adanya akses pembiayaan Fintech, juga berpengaruh besar dalam membesarkan bisnisnya.

                                                                                                                                                  ===

Kisah sukses Apsiah itu saya rasa penting untuk diketahui lebih banyak orang. Terutama bagi para pelaku usaha mikro. Sebab, dengan membaca kisah tersebut, minimal akan muncul semangat bahwa pelaku usaha mikro yang sukses itu tidak mendadak sukses. Mereka juga sempat mengalami jatuh bangun dalam membangun usahanya. Utamanya dalam kaitan masalah modal.

Tetapi memang, tidak semua pelaku usaha rumahan, bisa mengenal fintech seperti halnya Apsiah. Memang, ada banyak yang sudah mengenal teknik pemasaran era kekinian dengan memanfaatkan aplikasi chatting maupun media sosial. Namun, untuk urusan permodalan, belum banyak yang 'melek' fintech.

Sari, Pelaku Usaha Opak Gambir Rumahan

Potret situasi seperti itulah yang dialami Sariyati Ningsih (36 tahun) dalam menjalankan bisnis mikronya. Di bulan Ramadan, Sari membuka usaha pembuatan opak gambir. Melalui promosi di aplikasi chatting WhatsApp dan juga promosi mulut ke mulut, ada banyak orang yang sejak awal puasa telah memesan opak gambir yang dikemas dalam toples untuk sajian ketika Lebaran.

Sari memang memiliki cukup banyak pelanggan. Sebab, usaha rumahan yang dijalaninya itu memang bukan hanya di tahun ini. Di Ramadan tahun-tahun sebelumnya, dia telah melakoni bisnis serupa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline