Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Bukber yang Seperti Cerita "Bukan Pasar Malam" Pramoedya Ananta Toer

Diperbarui: 19 Mei 2018   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Leh, Sabtu minggu ngarep ayo buko bareng nang omah e ibuk ya (dik, minggu depan kita buka puasa bersama di rumah nya ibu)?".

Saya masih hafal betul kalimat ajakan itu. Kalimat ajakan yang saya tuliskan dalam chat via WhatsApp ke nomor kontak adik saya menjelang akhir puasa Ramadan setahun kemarin. Saya ingin berbuka puasa bareng bersama dua adik saya di rumah ibu. Sekaligus, merayakan ulang tahun adik saya yang di hari minggu itu akan genap berusia 33 tahun.    

Sebenarnya, agenda buka bersama alias "Bukber" itu sudah mentradisi di keluarga kami. Namun buka puasa bersama di keluarga kami bukanlah dalam konteks berbuka puasa di rumah makan lantas menyantap makanan bersama-sama. Bukan seperti itu. Sebagai keluarga yang tinggal di kampung, setiap Ramadan tiba, setiap adzan Maghrib berkumandang, kami ya selalu berbuka puasa bersama di rumah. Tidak pernah berbuka di luar rumah. Cukup menikmati masakan ibu yang sederhana seperti sayur bening atau sayur asem dicampur tempe kukus yang dipenyet sambel terasi plus dadar jagung, itu nikmatnya sudah luar biasa.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir setelah saya dan dua adik saya sudah berkeluarga sendiri-sendiri, buka bareng ini seperti menjadi agenda baru. Setiap Ramadan datang, kami mengatur rencana untuk bisa berbuka bareng ibu bapak. Meski, tidak selalu rencana bukber yang sudah diatur itu berhasil.

Beberapa tahun lalu, pernah rencana bukber di sebuah rumah makan gagal hanya karena tidak ada yang mencoba booking tempat terlebih dulu. Awalnya berspekulasi dengan rencana datang lebih sore akan bisa mendapat tempat. Jadi tidak perlu memesan tempat. Namun, ketika datang di lokasi, ternyata pelayan rumah makannya bilang semua meja makan sudah terisi.

Kami lantas berpindah-pindah ke tempat lain, ternyata juga seperti itu jawabannya. Semua sudah terisi. Maka, rencana bukber di rumah makan itupun berganti dengan buka bareng di warung di tepi jalan. Memang sama-sama bukber, tetapi itu di luar rencana sebenarnya.

Sejak itu, kami punya alternatif untuk buka bareng. Tidak melulu harus bertempat di rumah makan. Namun, juga bisa di rumah ibu dengan membawa bekal masing-masing sesuai pembagian. Ada yang membawa lauk, ada yang membawa minuman ada yang bawa takjil/camilan dan sebagainya.  

Nah, di Ramadan tahun kemarin, kami pun berencana untuk bukber di rumah ibu, sekaligus merayakan syukuran tambah umur adik saya. Sepekan jelang hari H, kami sudah mengatur rencana itu. Namun, di tengah pekan, adik saya ternyata jatuh sakit. Jantungnya bermasalah. Sempat masuk rumah sakit pada tengah pekan, hingga akhirnya Tuhan memanggilnya pada Sabtu, 16 Juni 2017, sehari jelang ulang tahunnya dan juga agenda bukber itu.  

Ya, rencana berbuka puasa bareng di rumah ibu itu batal dan tidak pernah terwujud. Allah berkehendak lain. Rencana berbuka puasa yang harusnya menjadi momentum berbagi ceria, berubah menjadi duka. Bukannya berbuka puasa bareng, hari-hari terakhir puasa di tahun lalu, saya justru punya tugas lain: menghibur ibu yang kehilangan putranya. 

Dari kejadian haru tersebut, saya seperti diingatkan bahwa untuk urusan mati, hanya Tuhan yang tahu kapan terjadinya. Kita tidak pernah tahu kapan akan dipanggil menghadap-Nya. Kita tahunya hanya menunggu giliran. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer dalam kisah novel "Bukan Pasar Malam", bahwa "Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana." 

Ya, keberadaan kita di dunia ini, ibarat kita tengah berkunjung ke pasar malam. Seorang demi seorang datang dan ketika sudah waktunya, seorang demi seorang pulang. Ada yang sebentar lantas pulang, ada yang bertahan lama. Ada yang sudah tua baru kembali menghadap-Nya, dan ada pula yang masih berusia muda sudah dipanggil oleh-Nya. Doa terbaik untukmu Leh.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline