Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Interaksi Bahasa Jawa dan Bahasa 'Londo'

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13413081311508927655

[caption id="attachment_192327" align="aligncenter" width="640" caption="(ilust flickr.com)"][/caption]

Dalam bahasa Jawa ada istilah ‘grapyak’ untuk menggambarkan sifat yang suka bercanda dan bergurau. Mungkin sedikit mencengangkan bahwa dalam bahasa Belanda pun ada istilah dengan fonetik yang hampir sama yaitu ‘grapje’. Maknanya juga sama yaitu candaan/gurauan (little joke). Dalam kaitan ini akan timbul pertanyaan klasik siapa yang terlebih dahulu eksis dalam interaksi antar dua bahasa ini. Tak selamanya bisa diasumsikan bahwa bahasa Jawalah yang ‘mencontek’ dari bahasa penjajahnya. Bahkan sudah ada konfirmasi terhadap sejumlah kosakata Belanda yang justru mengadopsi dari kata Jawa.

Contoh yang tak diragukan lagi adalah kata ‘piekeren’ dari kata ‘pikir’, dan kata ‘pienter’ dari istilah Jawa ‘pinter’. Kalimat yang bisa kita lihat misalnya ‘je moet niet zo piekeren’ (kamu jangan terlalu banyak pikir), ‘een pienter aanwoord’ (jawaban yang pintar), ‘ze is heel pienter’ (dia sangat cerdik). Sejumlah kosakata lainnya nampaknya bermuara dari arah sebaliknya. Misalnya ada kata Jawa ‘elek’ yang nampaknya menyerap dari kata Belanda ‘lelijk’ (bahasa Inggris : ugly). Kata Jawa ‘bengal’ dari kata Belanda ‘bengel’ (artinya anak bandel/anak nakal), kata ‘sepur’ (kereta api) dari ‘spoor’, kata ‘pit’ (sepeda) dari ‘fiets’, ‘brompit’ (sepeda motor) dari kata ‘bromfiets’, ‘setrum’ dari kata ‘stroom’, ‘pol’ (penuh) dari kata ‘vol’, ‘senur’ (tali) dari kata ‘snoer’, ‘reken’ (menghitung, memperhitungkan) dari kata ‘rekenen’.

Ada pula serangkai kata-kata yang masih belum terverifikasikan benang merahnya namun cukup insinuatifmenggiring pemikiran kita. Misalnya kata Jawa ‘bolot’ (maknanya daki, kotoran pada kulit) dengan kata Belanda ‘vuile huid’ (arti harfiahnya ‘kulit yang kotor), ‘gedek’ (dinding anyaman bambu) dari kata ‘gedekt’ (artinya ‘terlapisi’). Dan ada satu lainnya yang cukup menarik yaitu istilah ‘gudel’ (bukan ‘anak sapi’, tapi ‘sisa makanan yang menempel/terselip pada gigi’) dari kata Belanda ‘voedseldeel’. Voedsel bermakna makanan, deel bermakna ‘bagian kecil/partikel’.

Sebenarnya lumayan banyak kata-kata Jawa lainnya yang saya tengarai mengadopsi dari bahasa ‘Londo’ ini, seperti istilah ‘serep’ (dari kata ‘reserve’), ‘belek’ (kaleng seng) dari kata ‘blik’, ‘buntel’ dari kata ‘bundel’, ‘persis’ dari kata ‘precies’, 'setel' (pasang) dari kata 'stel', 'telat' dari kata 'te laat', 'prei' (bebas) dari kata 'vrij', ‘sekop’ dari kata ‘schop’. Namun untuk kesempatan kali ini saya cukupkan dulu, karena untuk menelusuri secara komprehensif tentu membutuhkan riset yang cukup lama dan cermat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline