Lihat ke Halaman Asli

Rumahku Bukan di Sini

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Anak-anak bergotong royong mengumpulkan batu di depan rumah"][/caption]

Sebelum menikah, saya sudah mengazamkan untuk tidak mempunyai rumah sendiri. Ya, aneh memang. Seharusnya seorang kepala rumah tangga memberi nafkah kepada istrinya salah satunya membuatkan rumah. Paling tidak menyewa. Supaya tidak menumpang terus di rumah mertua.

Entahlah saya termasuk suami macam apa. Namun, ada tujuan lain kenapa saya tidak berniat punya rumah sendiri. Kalau memang Allah menaqdirkan saya untuk memiliki rumah pribadi, bagaimana caranya supaya rumah itu bukan hanya dihuni oleh saya, istri dan anak-anak. Saya ingin rumah dijadikan ladang ibadah dan ladang berkah.

Maka, saya bermusyawarah dengan istri juga orang tua di kedua belah pihak bahwa “Maaf. Saya tak bisa membuatkan rumah!” Karena rumah saya bukan di sini.

Apalagi ditambah dengan anak-anak kampung yang belajar mengaji di rumah mertua dimana saya tinggal. Saya semakin bersemangat untuk tak memiliki rumah pribadi. Karena rumah saya bukan di sini.

INILAH ALASANNYA

Semenjak anak-anak kampung belajar mengaji tiap sore dua tahun yang lalu, sering kutanya orang tua mereka – apa pekerjaannya -. Ternyata banyak dari mereka sebagai korban keterabaian orang tua. Bayangkan, dua belas tahun tidak bertemu dengan ayahnya. Bahkan ada lagi anak yang tidak rindu sama sekali dengan ayah kandungnya sendiri. Mengkhwatirkan.

Alasan inilah memotivasi saya untuk membangun sebuah rumah inap yatim piatu dan mereka dhuafa yang terabaikan orang tuanya. Saya mencoba menjadi orang tua mereka. Berbagai cara pun diikhtiarkan. Mengajak para donatur untuk menyisihkan sebagian dari mereka. Alhamdulillah, sampai saat ini tanah seluas sepuluh tumbak sudah dibeli setengahnya. Dan kini masih dalam proses pondasi. Ketika niat baik selalu diikhtiarkan, kemudahan akan selalu mendekat. Saya yakin itu.

Bangunan itu Insya Allah akan saya jadikan sebagai: Rumah Inap Yatim Piatu Dhuafa, Pusat Pembelajaran Kreatif, Pendampingan Kejar Prestasi, Penyaluran Bakat, dll. Semoga saja niat baik ini menjadi lahan saya meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Semoga mereka (anak-anak) menuntun ketika saya tak berdaya. Aamiin.

Salam Ta'dzim

YusronFauzi.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline