Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Pilkada Bukan Lomba Doa tapi Lomba Merebut Hati Rakyat

Diperbarui: 17 Oktober 2020   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: big.com

Dalam pengamatan saya selama ini ketika tahun politik seperti Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) acapkali calon kristen meminta dukungan doa kepada pemimpin gereja. Pertanyaannya adalah apakah selama ini rajin meminta dukungan doa agar jujur, berintegritas dan berani untuk mengungkapkan kebenaran dalam keseharian kita?

Lima tahun terakhir, berapa kali kandidat ini meminta dukungan doa? Masalahnya adalah kesan acara doa menjelang Pilkada itu sebagai simbol agar pemilih yang religius melihat bahwa kandidat itu sudah didukung pimpinan gereja.

Apakah salah meminta dukungan doa kepada pimpinan gereja menjelang Pilkada 2020? Pertanyaanya adalah apa motivasimu meminta doa dan apa isi doa? Motivasi apa dalam batinmu membuat acara dukungan doa itu? Apakah tanpa acara dukungan doa itu pimpinan gerejamu tak mendoakanmu selama ini? Pesan apa yang hendak disampaikan dalam acara doa dan setelah acara selesai dukungan doa? Apa komitmenmu setelah acara doa?

Jika pulang dari acara doa dan komitmen untuk menolak politik uang secara total, benci berbuat curang dalam hal sekecil apapun, taat protokol kesehatan karena memikirkan resikonya, taat terhadap Undang-Undang Pilkada tanpa kompromi maka acara meminta dukungan doa itu begitu bermakna. 

Tetapi alangkah munafiknya kita membuat acara dukungan doa tetapi melakukan politik uang, bersikap curang dan kompromistis dalam berbagai hal. Jika hidup kita kompromistis dengan nilai gereja lebih baik pengakuan dosa secara diam-diam saja.  Atau, seperti aturan PKPU yang harus mengumumkan ke publik bagi yang pernah korupsi atau pernah berkasus di pengadilan. 

Dalam hal politik uang misalnya, jika nurani terasah maka pengakuan dosa kepada Tuhan dengan meminta dukungan dari pimpinan gereja agar didoakan agar diampuni. 

Jika meminta dukungan doa ke pimpinan gereja tetapi dalam prakteknya politik uang lancar, curang, bengis dan sulit mengampuni orang yang menyakiti maka kegiatan dukungan doa adalah mereduksi makna kita meminta dukungan doa.

Tuhan meminta kita mengunci kamar dalam hal berdoa. Bukan meminta dukungan doa dengan memberitahukan kepada publik. Apa motivasi meminta dukungan doa tetapi memberitahukan kepada publik?

Jika jujur, dalam kondisi meminta dukungan doa menjelang Pilkada adalah meminta didoakan agar memenangkan Pilkada? Jika doa yang diminta adalah menang dan kandidat lain meminta doa agar menang juga, apakah permohonan doa itu ke alamat yang sama? Bagaimana jika dua kandidat ada dalam satu gereja? Apakah pimpinan gereja bersikap objektif? 

Jika paradigma kita bersama menjaga wibawa gereja maka acara-acara dukungan doa menjelang acara Pilkada tidaklah bijak. Tetapi jika kandidat bergumul memperjuangkan kebenaran dan komitmen hidup agar bersikap sesuai dengan nilai-nilai gereja, komunikasi yang rutinlah dengan rohaniawanmu. Bila penting tiap hari komunikasi meminta dukungan doa agar Tuhan menguatkanmu bersikap sesuai nilai-nilai gereja yang diajarkan Alkitab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline