Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Mengelola Komunikasi Politik lewat Mesin Partai Politik

Diperbarui: 7 Agustus 2020   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi logistik KPU. (sumber: ANTARA FOTO/SAIFUL BAHRI via kompas.com)

Menjelang Pilkada 9 Desember 2020 Partai Politik (Parpol) sudah memberikan rekomendasi untuk kontestan Pilkada. 

Ada kontestan yang banyak Parpol pendukung dan ada pula yang hanya 1 Parpol. Pengalaman selama ini ada kontestan yang didukung banyak Parpol tetapi kalah dengan kontestan yang didukung sedikit Parpol.

Mengapa kontestan yang didukung banyak Parpol kalah dengan kontestan yang didukung Parpol yang sedikit? Bagaimana mengelola Parpol agar efisien dan efektif bekerja untuk memenangkan kontestan?.

Kontestan yang didukung banyak Parpol sejatinya tanda-tanda awal kontestan itu memiliki kemampuan komunikasi politik yang baik. Tidak mungkin kontestan yang tidak memiliki komunikasi politik yang tidak baik mampu mendapat rekomendasi dari Parpol tanpa komunikasi politik yang baik.

Hanya, acapkali dipersepsikan bahwa Parpol dapat "dibeli" dengan sejumlah uang. Apakah itu benar? Persepsi itu tidak sesungguhnya benar, tetapi Parpol memiliki hitung-hitungan sendiri. Setiap daerah memiliki konstelasi politik yang berbeda. 

Secara umum, Parpol sangat memahami riil politik. Apalagi di era teknologi ini, Parpol tidak bisa subjektif karena jika Parpol lengah eksistensinya terancam.

Isu yang diangkatpun harus menarik bagi rakyat. Perilaku Parpol pun dinilai masyarakat. Karena itu, Parpol sangat hati-hati mengangkat isu dan memberikan rekomendasi ke kontestan apalagi jika kontestan itu bukan kader Parpol. 

Pemahaman politik kader Parpol berbeda sekali dengan yang bukan Parpol. Kader Parpol lebih memahami riil perilaku politik karena pengalaman berulangkali terlibat secara langsung peristiwa politik. Keseharian kader Parpol adalah berpolitik.

Selama ini banyak yang cenderung menyalahkan Parpol. Padahal, Parpol pun mengalami kesulitan untuk membangun demokrasi yang baik. Kita belum sadar bahwa teori demokrasi yang kita bangun cocok untuk pemilih rasional.

Parpol memang kesulitan membangun kader-kader yang rasional untuk membangun demokrasi. Akibatnya Parpol dan rakyat memilih pragmatisme politik. Pragmatisme politik inilah yang rentan politik transaksional.

Politik transaksional sangat sulit dihindari, karena riil politik hamper dipastikan kalah tanpa transaksi politik. Mungkin, makna transaksi politik yang perlu direduksi. Sebab, pemilih yang tidak rasional sulit menentukan pilihannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline