Lihat ke Halaman Asli

Asal Mau

Diperbarui: 20 Maret 2018   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu waktu saya menyimak "diskusi" online antara Prof. Dr. Imam Suprayogo dan para anggota lainnya di salah satu Grup WhatsApp yang saya ikuti. Diskusi itu mencoba menyorot dunia literasi, khususnya pada lingkup dosen. Lebih khusus lagi terkait dengan kebiasaan menulis para dosen.

Ada satu poin penting yang saya catat dari hasil menyimak itu. Bahwa, sesungguhnya menulis itu tidak terlalu sulit, asal mau. Siapa pun (bukan hanya dosen) mampu menulis bahkan bisa dilakukan secara rutin tiap hari, manakala ada kemauan dalam diri.

Saya sendiri begitu kagum dengan Prof. Dr. Imam Suprayogo khususnya. Beliau hingga kini masih terus istikamah menulis tiap hari, tanpa jeda. Genap 10 tahun sudah beliau menjalani rutinitas yang mulia ini. Sehingga, tak heran beliau mendapatkan Rekor MURI oleh karena keistikamahannya dalam menulis tiap hari.

Kesibukan beliau jangan ditanya. Namun, tetap saja punya waktu untuk menulis. Berdasarkan beberapa artikel beliau yang pernah saya baca, beliau selalu menyempatkan diri menulis usai menjalani salat Subuh. Apa saja beliau selalu menuangkannya menjadi tulisan. Bahkan sesuatu yang sederhana, beliau mampu mengolahnya menjadi sebuah bacaan yang begitu bergizi. Pengalaman sehari-hari pun, sebisa mungkin beliau akan mengabadikannya dalam sebuah tulisan.

Salah satu alasan beliau juga menulis rutin setiap hari adalah karena merasa prihatin terhadap kebiasaan menulis para dosen yang rendah. Sekali lagi, beliau melakukan aktivitas menulis tiap hari tersebut untuk menunjukkan bahwa asal mau, menulis itu tidak terlalu sulit, bisa dilakukan oleh siapa saja, apalagi dosen.

Kita semua, khususnya para dosen, boleh meniru kebiasaan beliau tersebut. Mari kita tanam dalam pribadi masing-masing agar berusaha untuk menulis dan berkarya tulis. Sehingga, ide dan pengetahuan bisa mengalir dan terus mengalir.

Menulis, melatih kita untuk berpikir kritis. Menulis, mampu mempertajam daya nalar kita terhadap sesuatu. Percaya atau tidak, berbagai ide brilian dan/atau pengalaman kita dalam kehidupan yang lama terpendam di ingatan akan muncul dan terus muncul, sehingga melahirkan tulisan yang kita sendiri pun tak menyangkanya.

Jangan jadikan "kesibukan" sebagai alasan pokok kita untuk tidak menulis. Apalagi jika profesi kita adalah seorang guru atau dosen. Tanggung jawab ini tidaklah mudah. Dan, menulis serta menghasilkan karya tulis sudah menjadi bagian dari "kewajiban." Sebab, berkaitan dengan proses pembelajaran, administrasi, kenaikan pangkat (bagi yang PNS),  dan lainnya. Semua itu tak terlepas dari aktivitas menulis. Untuk kenaikan pangkat, misalnya, karya tulis menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi. Bukankah begitu?

Mari, kita biasakan menulis rutin tiap hari untuk menghindari copy paste terhadap berbagai karya orang lain. Mari, mulai dari sekarang, kita minimalisir "comot sana sini" di Om Google. Insyaallah, jika kita mau membiasakan diri untuk menulis rutin tiap hari, maka tulisan kita akan terlihat alami. Percayalah. Asal mau, kita bisa melakukannya.

Wallahu a'lam.

Oleh: Gunawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline