Lihat ke Halaman Asli

steven tamstil

Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Penyihir dari Axtraliz - Chapter 7

Diperbarui: 16 Januari 2020   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 7: Kunci dan Binatang buas

Aku selalu bermain pergi jalan dengan Estephania. Dia suka memakai akesoris perhiasaan yang bentuk kunci. Orang-orang suka berkata bahwa orang yang suka akesoris kunci adalah orang yang tertutup dan penuh dengan rahasia. Aku pernah bertanya kepada dia,"Fanny kamu suka sekali dengan kunci?"

"Kunci itu sesuatu yang unik. Banyak sekali puisi dan lirik lagu menggunakan kata kunci. Itu sebabnya aku menyatakan kunci itu sangat indah bentuknya. Dan juga aku menyukai kunci ada maksud lain dan itu sangat sangat sangat rahasia. Hehehehe." Dia tertawa kecil. 

Dia membuka menggambar beberapa kunci. Dia juga mendesain macam-macam kunci yang bentuknya berbeda. Aku melihat bentuk kunci yang memiliki sayap dan mata. Bukan hanya menggambar dia juga mencari katalog mengenai kunci. 

Dia pernah berkata,"Step, kamu tahu bahwa bahasa itu adalah sebuah kunci untuk berkomunikasi. Dengan belajar bahasa orang itu, kita bisa membuka hati orang tersebut dan mengerti perasaan orang tersebut. Itu sebabnya kita harus menjaga bahasa kita dan kata-kata kita. Kalau kita berbicara sembarang orang tersebut akan menutup hatinya kepada kamu selama-lamanya."

Dia berkata dengan benar. Aku makin lama berbicara dengan sopan kepada semua orang. Itu sebabnya Estephania sering diganggu karena dia suka berbicara dengan bahasa yang sopan. 

---------0----------

Aku berada di ladang bunga telur yang penuh dengan peri-peri berterbangan sekitar bunga-bunga yang telah mekar. Ladang bunga ini sangat luas dan penuh dengan warna. Di tengah-tengah ladang ada seseorang duduk di kursi kayu. Orang itu memakai baju seragam yang sama seperti aku. Aku rasa gadis itu Estephania. 

Dia menatapku dengan senyumnya yang manis. Aku tetap melihat mukanya cantik dan matanya yang besar. Dia mulai berdiri dari bangkunya. Dia berjalan dan menghampiri aku. 

"Akhirnya kamu datang juga, Stephany. Aku senang kamu datang ke Axtraliz. Bukankah dunia ini sangat indah?" Dia langsung memegang tanganku. 

Aku cuma menatap dia dan berkata dengan mengucapkan namanya dengan pelan," Estephania." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline