Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Indikasi Medsos yang Mendorong Revolusi

Diperbarui: 22 Maret 2023   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spider Web oleh pixabay (pexels.com)

Media sosial menjadi medium efektif mendorong revolusi. Tragedi penggulingan Hosni Mobarak yang disulut demonstrasi di Tahrir Square 2011, didorong trending Twitter. Di tahun yang sama Presiden Tunisia, Zine el-Abidine Ben Ali digulingkan rakyat via pergerakan perlawanan via Facebook dan weblog.

Karena memang medsos memungkinkan banyak orang berkomunikasi dengan efektif. Mereka berbagi informasi, gagasan, dan pesan dengan cepat dan efisien. Pesan yang disebarkan melahirkan kembali informasi dari orang lain. Seperti sebuah bola salju, dari informasi satu menjadi sebuah gerakan sosial bersama.

Medsos menjadi platform penghubung banyak orang untuk berbagi ide dan berdiskusi tentang isu-isu krusial. Mereka pun menyebarkan informasi dan pesan pergerakan sosial. Tak jarang medsos mampu mengumpulkan banyak orang untuk turun ke jalan atau unjuk rasa.

Di Indonesia, aksi dengan tagar #MahasiswaBergerak mendorong demonstrasi di banyak tempat tahun lalu. Di tahun 2021, aksi penyerangan ratusan pendukung MAGA, ke U.S Capitol di Washington didorong ribuan posting di Facebook. Di Facebook juga, demonstrasi besar #RickyRenuncia memobilisasi massa menuntut mundur Gubernur Ricardo Rosello di Puerto Rico.

Mobilisasi massa kontra kebijakan pemerintah bisa menjadi salah satu indikasi revolusi. Dengan tujuan bersama, banyak orang mengajak orang lain bergabung dalam demonstrasi. Informasi demonstrasi secara cepat dan real-time disebarkan sehingga lebih banyak orang berpartisipasi.

Tujuan bersama didapat via medsos dengan berbagi informasi tentang isu-isu pelik negara yang menjadi perhatian. Maka banyak orang mendapatkan informasi akurat. Tak jarang mereka bisa mengklarifikasi misinformasi yang beredar. Trending pada isu macam ini membantu orang yang memiliki pandangan yang sama untuk berkolaborasi.

Dari sini indikasi kedua muncul. Medsos mampu membangun kesadaran tentang isu-isu negatif terkait pemerintah. Misalnya, netizen dapat memposting informasi tentang korupsi, ketidakadilan, dan konflik politik. Baik yang dialami sendiri, orang lain, bahkan pengamatan di medsos. 

Dengan diskusi dan berbagi informasi macam ini, semua orang memahami masalahnya dan bisa mengambil tindakan. Mereka dapat men-share kembali isu-isu yang diperjuangkan dan menggalang dukungan. Misalnya, netizen dapat membuat petisi online agar orang lain untuk sadar isu, mendukung, dan bergabung dalam gerakan.

Contohnya, berawal dari kasus Mario Dandy yang juga doyan flexing. Kini merambat ke beberapa pejabat publik yang gaya hidupnya hedon plus sering flexing. Kasus flexing hedon ini jelas memberikan gambaran korupsi yang begitu akut. Gaya hidup hedon menunjukkan jurang ekonomi yang lebar. Lalu muncul isu lemahnya hukum di Indonesia.

Ramai dan konstannya diskusi dan bukti seperti itu mungkin menunjukkan indikasi ketiga. Medsos membangun solidaritas netizen. Dengan terus-menerus berdiskusi, investigasi, dan trending mereka membangun jaringan orang yang berpikiran sama. Gerakan solidaritas yang terbentuk bisa mencapai tujuan bersama dan membangun gerakan efektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline