Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Korelasi "Discrepancy Theory" dan Konsep Diri di Media Sosial

Diperbarui: 3 Desember 2018   04:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personality - Ilustrasi: discoversociology.co.uk


"Most people are other people. Their thoughts are someone else's opinions, their lives a mimicry, their passions a quotation." - Oscar Wilde

Sosial media memfasilitasi kita ingin menjadi siapapun (dan apapun) di dunia digital. Dari seorang anak SD yang membuat akun berfoto profile orang tua di Facebook. Sampai seorang lelaki heteroseksual yang menjadi sebuah akun homoseksual di Twitter. Bukan tidak mungkin dan bisa saja terjadi saat ini.

Sosmed bukan saja menjadi representasi pribadi, personal branding, atau media komunikasi. Dibalik kemudahan membuat akun, akses yang begitu personal, netiquette yang rendah, atau dorongan finansial/politik. Sebuah akun sosmed kadang dipandang bukan lagi merepresentasi kita di IRL (in-real-life). 

Menurut Tory Higgins, seorang periset di Columbia University mengatakan kita setidaknya memiliki 3 jenis konsep diri. Dalam risetnya di tahun 1987, Higgins menggariskan 3 konsep diri manusia.

  1. Actual self atau diri kita sebenar-benarnya. Sebuah konsep yang memandang diri sebagai individu apa adanya.
  2. Ought self atau diri kita yang diinginkan atau seharusnya. Konsep diri yang memandang diri kita sebaiknya bukan diri kita saat ini.
  3. Ideal self atau diri kita yang ideal atau sempurna. Diri kita dikonsepsi menjadi individu sesuai mimpi dan keinginan yang indah.

Ke tiga konsep ini membentuk sebuah Discrepancy Theory (Teori Ketidaksesuaian). Dari masing-masing konsep diri, terjadi konflik antara diri (self) orang lain (others). Sehingga muncul 4 jenis ketidaksesuaian konsep diri dari persinggungan ini, yaitu:

  1. Actual self vs ideal self. Diri sendiri sebenarnya vs diri sendiri yang ideal. Ketidaksesuaian terjadi pada konsep diri apa adanya dan ideal atau diimpikan. Saat konsep ini hanya keinginan belaka, maka orang tersebut akan rentan pada rasa kekecewaan dan frustasi.  
  2. Actual self vs ideal others. Diri sendiri sebenarnya vs ideal menurut orang lain. Ketimpangan ini membandingkan diri dengan aspek ideal diri yang diterima orang lain/masyarakat. Sehingga, muncul dampak psikologis seperti rasa penyesalan dan rendah diri. 
  3. Actual self vs ought others. Diri sendiri sebenarnya vs diri sendiri yang seharusnya menurut orang lain. Hal ini menunjukkan jurang antara diri sendiri sebenarnya dengan apa yang diharapkan orang lain/masyarakat. Dampaknya, orang tersebut mengalami kecemasan dan kemarahan.
  4. Actual self vs ought own. Diri sendiri sebenarnya vs diri sendiri yang seharusnya. Ketidaksesuaian ini menggambarkan diri sebenarnya yang tak bisa menjadi pribadi yang diinginkan. Sehingga, secara psikologi muncul rasa bersalah dan mengutuk diri sendiri. 

Protect Yourself Online - Ilustrasi: mashable.com

Korelasinya dengan Sosial Media

Bisa kita tarik ke 3 konsep diri ini kepada ranah sosial media. Preposisi berikut masih terbatas dari pengamatan dan pemahaman saya pribadi. Riset holistik dan longitudinal tentang teori ini tentu akan lebih memperkuat apa yang saya preposisi.

Kita bisa menjadi ke 3 jenis kepribadian menurut teori ini. Dan melalui sosmed, kita bisa merepresentasi ke 3 kepribadian dengan real-time, dan lebih terselubung, dan dengan sebanyak akun yang kita ingin.

Seperti saya sebutkan diatas, kemudahan membuat akun memungkinkan hal ini terjadi. Setiap orang tentu memiliki konsep ideal, semestinya, dan sosok idaman/ideal. Dan dengan beragam informasi tentang kepribadian yang diinginkan baik dari situs atau akun/pribadi yang benar ada di dunia nyata. Mulai dari perilaku dan konten berkomunikasi via sosmed dapat ditiru.

Akun sosmed pun bisa menunjukkan 4 jenis konflik ketidaksesuaian konsep diri diatas. Dengan penggambaran konflik antar kepribadian (self/other) yang didapat dari bentuk foto profile akun, bahasa postingan, sampai preferensi friends/followers/following.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline