Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Skenario SBY Ghosting Moeldoko (Sebuah Spekulasi)

Diperbarui: 9 Maret 2021   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SBY (Sumber: ngopibareng.id)

Skenario SBY dalam drama "The Good, The Bad, and The Ugly" sudah sampai scene KLB Demokrat. Dalam kongres luar biasa yang lebih populer dengan sebutan "kudeta" itu, Kepala Kantor Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Skenario ini dirancang sendiri oleh SBY. 

SBY yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat telah menginjak usia 71 tahun. Namun, di usianya itu, SBY masih memiliki beban, yaitu memperjuangkan ambisi mendiang istrinya, Ani Yudhoyono, yang menginginkan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi Presiden RI. Untuk itulah SBY merancang sebuah skenario.

Skenario "The Good, The Bad, and The Ugly" ala SBY

Dalam menjalankan skenarionya, SBY tidak bermain sendiri. Mantan Kasospol ABRI di masa Orba itu melibatkan sejumlah tokoh partai yang benar-benar dipercayainya. Tokoh-tokoh partai yang dilibatkan SBY inilah yang dalam skenario SBY berperan sebagai penentang kepemimpinan AHY.

Dari skenario inilah timbul pro dan kontra di internal Partai Demokrat. Ada kader yang mendukung pembelotan. Ada pula yang menyatakan tetap loyal kepada AHY. 

Dengan timbulnya pro dan kontra inilah SBY dapat membaca peta politik di internal Partai Demokrat. SBY menjadi tahu mana kader yang loyal dan mana yang tidak. Selebihnya, SBY juga tahu kekurangan AHY dalam memimpin partai. 

Karena salah satu tujuannya untuk mendalami persoalan partai dan loyalitas kader, SBY hanya membicarakan skenarionya kepada tokoh-tokoh partai yang memainkan peran sebagai penentang AHY. AHY sendiri sama sekali tidak mengetahui skenario yang tengah dimainkan ayahandanya.

Tapi, skenario SBY tidak berhenti sampai pada pembersihan partai. Selanjutnya, SBY menyasar target utamanya: AHY Presiden Republik Indonesia.

Saat ini tingkat popularitas AHY sudah tembus 70 persen. Sebuah angka yang terbilang lebih dari sekadar bagus seorang tokoh yang baru empat tahun terjun ke dunia politik. 

Tetapi, tingkat elektabilitas yang tinggi tidak menjadi jaminan bagi seorang tokoh untuk mendapat tiket capres. Tingkat elektabilitaslah yang lebih memberikan jaminan. Rhoma Irama, misalnya. Tingkat popularitas Rhoma mencapai 98 persen. Tetapi karena tingkat elektabilitasnya cuma di bawah 5 persen, tidak satu pun parpol yang melirik Rhoma.

Dalam rangka mendongkrak tingkat elektabilitas AHY yang masih berkutat di angka 5 persen itu, SBY dan Demokrat memainkan skenario drama "The Good, The Bad, and The Ugly". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline