Lihat ke Halaman Asli

Garvin Goei

Psikolog, Akademisi, Penyuka Budaya

Kenali Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)

Diperbarui: 26 November 2022   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) merupakan gangguan psikologis yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Banyak orang berbicara tentang "Obsessive-Compulsive Disorder" (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif, tetapi apakah yang masyarakat ketahui tentang OCD sudah benar? Silakan baca tulisan ini sampai habis untuk tahu jawabannya.

Seorang remaja berusia 15 tahun mengetahui bahwa muntah merupakan pertanda seseorang terserang penyakit. Suatu hari, ia mendapatkan kabar bahwa salah satu temannya mengalami muntah-muntah dan meninggal dunia. Sejak itu ia menjadi sangat takut dengan penyakit dan muntah. 

Ia akan menghindari teman-temannya yang tampak sakit di sekolah, seperti pucat atau lemas. Banyak temannya yang bertanya-tanya mengapa sikapnya seperti itu. Ia juga membawa hand sanitizer ke mana-mana dan tidak mau menggunakan toilet duduk di toilet umum. 

Ia juga tidak akan mengonsumsi makanan yang tidak ditutup dengan rapat, seperti jajanan pasar di pinggir jalan; bahkan ia juga membersihkan sendok dan garpu berulang-ulang ketika makan di restoran bersama keluarganya. Hal ini membuat orang tuanya bertanya-tanya apa yang terjadi dengan anak ini.

Kisah anak berusia 15 tahun tadi merupakan salah satu contoh OCD atau gangguan obsesif kompulsif. Sesuai dengan namanya OCD ini memiliki dua ciri, yakni obsesi dan kompulsi. Obsesi merupakan pemikiran, ide, atau dorongan yang tidak dapat dikendalikan dan terus-menerus muncul di pemikiran, sehingga menyebabkan kecemasan atau ketidaknyamanan psikis. Sedangkan kompulsi merupakan perilaku atau tindakan mental yang ia rasa harus ia lakukan.

Seseorang dapat terdiagnosa OCD bila memiliki obsesi, kompulsi, atau keduanya. Adapun kriteria DSM-V untuk Obsessive-Compulsive Disorder adalah sebagai berikut:

A. Kemunculan obsesi, kompulsi, atau keduanya

Obsesi dicirikan melalui poin (1) dan (2):

(1) Pemikiran, dorongan, atau gambaran yang muncul secara berulang-ulang dan menetap. Sifatnya mengganggu dan tidak diinginkan, dan biasanya menyebabkan kecemasan maupun stres.

(2) Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pemikiran, dorongan, atau gambaran tersebut; atau berusaha untuk menetralkannya dengan pemikiran maupun tindakan lain (yakni dengan melakukan kompulsi).

Kompulsi dicirikan melalui poin (1) dan (2):

(1) Perilaku (contoh: mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (contoh: berdoa, menghitung, mengulang kata dalam hati) yang berulang, di mana individu merasa terdorong untuk melakukannya sebagai respons dari obsesi atau aturan yang harus dipatuhi secara kaku.

(2) Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dan stres, atau mencegah kejadian / situasi yang menakutkan. Perilaku dan tindakan mental itu tidak realistis atau berlebihan.

B. Obsesi atau kompulsi menghabiskan waktu (misal, lebih dari 1 jam per hari) atau menyebabkan stres atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam area sosial, pekerjaan, atau area keberfungsian penting lainnya.

C. Simtom obsesif-kompulsif bukan karena efek fisiologis dari zat (misal, penyalahgunaan zat) atau kondisi medis lainnya.

D. Keluhan tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lainnya (misal, bukan kekhawatiran berlebih dalam generalized anxiety disorder, atau terlalu memikirkan penampilan seperti dalam body dismorphic disorder, dan sebagainya).

Ingat bahwa jika Anda bukan psikolog atau psikiater, maka Anda tidak berhak mendiagnosa seseorang (termasuk diri sendiri) dengan gangguan psikologis apapun, termasuk OCD. Informasi ini saya berikan bukan untuk membuat seseorang menjadi psikolog dadakan, melainkan untuk membantu orang-orang untuk lebih sadar dan peka terhadap gangguan mental. 

Jika gejala-gejala A sampai D tadi muncul, silakan mencari psikolog atau psikiater untuk meminta penanganan. Sekali lagi, jangan coba-coba untuk membuat diagnosa jika Anda bukan psikolog atau psikiater.

Sumber gambar: pixabay.com

Salah Kaprah Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline