Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Waduh, Pasien Lupus dan COVID-19 Memburu Obat yang Sama

Diperbarui: 10 Mei 2020   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

10 Mei 2020, Hari Lupus Internasional. (Sumber: @amandacrabtree)

1o Mei ini diperingati sebagai Hari Lupus Internasional (World Lupus Day). Atau, singkat saja WLD.

Kemarin, saya menerima message WhatsApp dari Dian Syarief, Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF). Saya memanggilnya Ibu Dian. 

Sebelumnya, ia pernah menjadi narasumber untuk tulisan blog Kesehatan saya di Kompasiana. Dian Syarief dan "Kupu-kupu" Penderita Lupus, begitu saya kasih judul tulisan yang kemudian didapuk jadi Artikel Utama pada dua tahun lewat.

Singkatnya, pesan WA yang Dian kirim berisi rilis kegiatan sosialnya, seperti memberi bantuan Alat Pelindung Diri (APD) untuk para tenaga medis di sejumlah rumah sakit. Selain itu, ia juga menebar 2000 masker nonmedis plus APD Darurat untuk pasien Autoimun di 16 komunitas se-Indonesia.

Dian juga penyandang Autoimun. Tapi seperti biasa, semangat tak pernah pupus dari dirinya. Ketika saya menanyakan kabar dan berencana mewawancarainya terkait WLD 2020, ia ternyata sudah punya agenda pagi hari. Apa itu? "Saya mau jalan pagi hari dulu. Sambil mencari sinar matahari," jawab Dian sembari membubuhkan gambar ikon kupu-kupu.

Begitulah Dian. Ia masih "sang kupu-kupu" energik yang terus memberi arti bagi banyak orang, khususnya terhadap Orang dengan Lupus (Odapus) dan Autoimun lainnya.

Obat Hydroxychloroquine. (Foto: John Locher/Associated Press)

Wawancara baru berlangsung jelang sore. "Maaf ya Mas, kalau harus menulis teks di WA untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Saya butuh effort untuk itu. Makanya saya berharap wawancara langsung saja melalui komunikasi telepon dan direkam," tuturnya. Saya pun memahami sepenuhnya permintaan itu.

Dian memulai luncuran kalimatnya tentang upaya SDF menginisiasi penggalangan dana untuk penyediaan APD dan masker. Hanya dalam tempo tiga minggu, dana terkumpul Rp141 juta.

"Tapi karena kelangkaan APD di pasaran, maka penyaluran dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan barang ke sembilan rumah sakit dan RSUD di Bandung, Cimahi, Cianjur, Majalengka dan Medan. Juga ke enam Puskesmas di Jakarta Pusat, Kalimantan Selatan dan Bandung," ujar Dian yang pada 2003 mendirikan SDF bersama sang suami, Eko Pratomo.

Adapun bantuan APD yang diberikan berupa: Coverall Hazmat Suit, masker medis dan nonmedis serta multivitamin.

"Adapun yang masih dalam proses pemesanan yaitu dua unit ventilator portable non-invasive atau Vent-I karya anak bangsa, dalam hal ini Rumah Amal Salman. Selain bantu galang dana untuk produksi ventilator tersebut, SDF juga mendukung UMKM dengan memesan masker non-medis ke komunitas Panggon Kupu Semarang, Jawa Tengah," urai Dian, yang pada 1999 didiagnosa mengidap penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline