Lihat ke Halaman Asli

Gamal Albinsaid

TERVERIFIKASI

"Transform Your Company's Innovation Culture"

Diperbarui: 10 April 2018   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jurnalpublik.com

Oleh : dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed

 

 

Saya yakin dibalik produk atau layanan yang inovatif ada pemimpin yang inovatif, tim yang inovatif. Lalu apa yang bisa membuat sebuah perusahaan terus berinovasi tanpa henti melalui beberapa dekade perjalanannya atau yang saya sebut sebagai sustainable innovation? Saya yakin budaya yang inovatif adalah jawabannya. Dalam membangun sustainable innovation atau inovasi berkelanjutan kita harus mulai berpikir dan berusaha menginternalisasi nilai-nilai inovasi dalam organisasi atau perusahaan kita melalui pembangunan budaya inovasi (innovation culture). Hal ini menjadi penting karena sering kita lihat banyak perusahaan yang tumbuh pesat pada generasi pertama bermodalkan passion dan inovasi dari pendiri, serta kemampuannya membangun tim yang inovatif. Namun, setelah berganti generasi atau berganti kepemilikan, perusahaan itu kehilangan kemampuan menghasilkan inovasi. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan sang inovator membangun budaya inovasi yang lebih permanen dalam perusahaannya. Oleh karena itu, mampu membangun inovasi yang memiliki daya keberlangsungan, kita membutuhkan kepemimpinan yang inovatif, tim yang inovatif, dan budaya yang inovatif.

Boston Consulting Group (BCG) pernah menerbitkan temuan utama dari sebuah hasil survey “Most Innovative Companies 2014”. Berdasarkan hasil penelitian Boston Consulting Group (BCG), perusahaan yang berhasil berinovasi pada umumnya melakukan pendekatan inovatif sebagai sistem. Untuk membangun sistem yang inovatif, lihatlah perusahaan atau organisasi sebagai laboratorium ide baru. Di sisi lain, perusahaan atau organisasi harus memfasilitasi inovasi lahir lewat sumber daya yang ada. Sebagai contoh kebijakan Google mendorong pegawai untuk menggunakan 20% dari waktu kerja untuk mengerjakan ide mereka dan 3M company mengizinkan pegawai untuk menggunakan 15% dari waktu mereka untuk proyek yang mereka pilih.

Dalam perspektif lain, Gerard J. Tellis, Jaideep C. Prabhu dan Rajesh K. Chandy menunjukkan bahwa adaptabilitas merupakan pondasi paling penting dari keberhasilan membangun budaya inovasi di organisasi. Apakah arti dari adaptabilitas? Adaptabilitas adalah budaya yang mendorong untuk mengambil risiko, kemauan bereksperimen, inisiatif personal, pengambilan keputusan dan eksekusi yang cepat, serta kemampuan untuk melihat peluang yang unik. Untuk membangun sistem yang inovatif dibutuhkan lingkungan yang dedikatif untuk mendorong pendekatan ini.

            Sebagai pemimpin yang inovatif, Anda harus menanamkan sebuah prinsip pada tim Anda untuk mempertanggungjawabkan misi, fokus utama, kemampuan utama, dan sumber organisasi, serta komitmen pada stakeholder. Secara sederhana, Anda harus memberikan parameter-parameter dasar, lalu memberi tim Anda kebijaksanaan yang luas untuk melakukan pekerjaan mereka dalam usaha mencapai parameter-parameter tersebut. Pada titik ini pemimpin dan perusahaan harus mengedepankan rasa percaya kepada anggota tim. Reduce control and increase trust.

            Sebagai contoh sering kali pemimpin dan perusahaan memberikan deadline yang berat dalam berbagai kontrol kinerja untuk mencapai target, padahal tekanan berlebihan pada deadline tersebut akan membunuh inovasi sebelum inovasi itu lahir. Begitu tim Anda memahami bahwa mereka bertanggung jawab untuk menghasilkan produk atau layanan yang inovatif, Anda dapat memercayai mereka untuk tidak membuang banyak usaha, uang, sumber daya, dan waktu pada karya yang tidak memberhasilkan. Kepercayaan ini membantu untuk menempa dan membentuk budaya inovasi. Tidak ada inovasi tanpa kepercayaan.

Hal yang tidak kalah penting adalah mendobrak hierarki atau struktur yang kerap kali menghambat inovasi-inovasi itu tumbuh. Anda bisa memperkuat budaya inovasi dengan membuka ruang organisasi dengan tata kelola yang aspiratif dan akomodatif sehingga memungkinkan inovator melewati hambatan hierarki dan menjadikan ide-ide inovasi itu tumbuh dan berkembang tanpa hambatan birokrasi perusahaan.

            Tidak dapat kita sangkal bahwa membangun budaya inovasi adalah agenda paling utama dari banyak perusahaan dan banyak perusahaan telah mengumumkan bahwa inovasi menjadi prioritas utama perusahaan. Pemimpin – pemimpin mereka menjadikan inovasi sebagai nilai utama, berkhotbah dengan lantang tentang inovasi. Namun disisi lain, banyak karyawan di perusahaan disibukkan dengan pekerjaan teknis, tugas operasional bisnis, dan kerja – kerja berat dalam memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus mampu memacu pertumbuhan inovasi dari dalam. Tentunya itu bukanlah hal yang mudah, banyak gagasan yang mencoba menjelaskan dan menterjemahkan budaya inovasi ini. Berikut ini terdapat 3 pendekatan yang saya anggap sangat efektif untuk Anda terapkan dalam merevolusi budaya di perusahaan Anda.

1. Membangun Konsistensi dalam Berinovasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline