Lihat ke Halaman Asli

Lambatnya Respon Pemerintah terhadap Kelompok Difabel: Studi Kasus Atlet Sepak Bola Amputasi Jember (Persaid)

Diperbarui: 5 November 2022   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Latihan Para Atlet PERSAID. Dokpri

Setiap manusia pasti memiliki sebuah potensi dalam dirinya, begitu pula dengan kelompok difabel. Di tengah keterbatasan fisiknya para difabel ini membuktikan bahwa mereka juga memiliki sebuah potensi yang setara bahkan potensinya bisa lebih dari masyarakat non-difabel lainnya. 

Namun seringkali kelompok difabel tidak memiliki kesempatan dan dukungan untuk bisa mengembangkan potensi yang mereka miliki karena dipandang sebelah mata oleh lingkungan sekitar. Sehingga membuat pengembangan potensi para difabel ini sedikit terlambat.

Terbukti dari implementasi Pemerintahan Jember yang tidak selaras dengan UU No.8 Tahun 2016 Pasal 15 yang berisi hak keolahragaan untuk penyandang disabilitas. Terlihat pada praktiknya dalam hal penghargaan, pelayanan, sarana dan prasarana, dukungan, dan pengembangan potensi kurang adanya respon yang cepat.

Seperti halnya Budyanto (32), seorang difabel golongan Tuna Daksa yang harus kehilangan salah satu kakinya karena faktor kecelakaan pada tahun 2019. Dengan keterbatasan fisik yang dimiliki tidak membuatnya berhenti dalam mengembangkan hobi sekaligus potensi yang ia miliki. Hobinya dalam bermain sepak bola ia kembangkan dengan cara bergabung dalam tim sepak bola amputasi yang berada di Jember (PERSAID). 

Yang mulanya hanya sebuah hobi kini beralih menjadi sebuah potensi yang dapat membanggakan dirinya, keluarga, bahkan negara. Potensi tersebut berhasil ditunjukkan melalui prestasinya dalam kejuaraan, yang mana Indonesia berhasil menjadi Runner Up Piala Dunia tahun 2022 di Turki, kejuaraan ini menjadi bukti nyata kesungguhan Budyanto dalam mengembangkan potensi yang ia miliki. 

Melalui Persaid, Budyanto dan para atlet lainnya mengungkapkan bahwa hal inilah yang menjadikan mereka dapat mengembangkan potensinya. Meskipun sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah kurang memenuhi mereka dalam mendukung potensi yang mereka miliki. "Dari awal sampai kita berprestasi itu belum ada bantuan dari pemerintahan. Jadi kita melakukan semuanya secara mandiri". Tutur Budyanto.

Peran pemerintah dalam pengembangan potensi yang dimiliki Budyanto dan kawan-kawan sangat diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul "Sosiologi Suatu Pengantar" menjelaskan tentang adanya teori peran (Role). 

Menurutnya, seseorang selalu berhubungan dengan orang lain dan biasanya setiap orang juga mempunyai perangkat peranan tertentu. Soerjono Soekanto menyebutnya sebagai Set Of Role. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah kurang maksimal dalam menjalankan perannya terhadap para atlet sepak bola amputasi di Jember.

Hal ini didukung oleh pernyataan Budyanto mengenai respon pemerintah yang baru terlihat setelah Budyanto dan para atlet lainnya berhasil lolos ke piala dunia. Bentuk respon pemerintah meliputi pemberian penghargaan bagi para atlet dan mulai menyediakan beberapa fasilitas seperti tongkat medis, lapangan, ruang kesekretariatan dan sejumlah anggaran. 

Tetapi fasilitas yang sudah disediakan tersebut belum bisa dirasakan secara maksimal bagi Budyanto dkk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline