Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Jebakan Toxic Positivity bagi Jobseeker

Diperbarui: 30 Mei 2021   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cermati.com

Jobseeker/pencari kerja selalu berusaha untuk menghindari penolakan di lingkungan kerja.


Sebagai jobseeker/pencari kerja kita sudah mempersiapkan diri dengan baik di saat interview. Namun, ada kalanya kita tidak bisa menghindari sesuatu yang tak terduga.


Misalnya; rekruiter punya alasan tersendiri untuk menolak atau dalam bahasa halusnya, "okey, terima kasih untuk pertemuan hari ini. Tunggu saja calling dari perusahaan. Ya, maksimal 7 hari dari sekarang.

Dalam hati kita sudah merasa aman. Gegara kita sudah diajarkan untuk tetap optimis akan hari esok yang lebih baik. Tak salah jika kita selalu optimis akan segala sesuatu. Namun, kita pun harus tahu dan sadar bahwasaanya segala sesuatu itu tidak bisa diprediksi dengan akurat.


Sekilas kita sudah masuk dalam jebakan toxic positivity.

Apa itu toxic positivity?


Toxic positivity adalah konsep psikologi yang berorintasi pada hal-hal yang positif. Dan seolah-olah kita mengingkari kegagalan. Padahal emosi negatif itu ada manfaatnya loh.

Contoh: Saya sebagai pencari kerja merasa kecewa, marah, tidak menerima kenyataan dari apa yang saya alami saat pihak rekruiter meragukan kemampuan saya. Gegara saya menyandang status sebagai mahasiswa drop out.


Di sini saya ingin menyalurkan emosi-emosi negatif itu. Namun, lingkungan saya tidak mendukung. Akibatnya, saya merasakan sesak di jantung. Jika saya memilih untuk menangis, tentu saya akan merasa lega dan lebih baik dari sebelumnya.

Siapa saja yang termasuk dalam jebakan toxic positivity?


Pertama; Jobseeker atau pencari kerja.
Kedua; Pihak rekruiter

Umumnya seorang rekruiter selalu berekspektasi tinggi dengan jobseeker yang telah mengirimkan CV dan Portofolionya via email.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline