Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Esensi Ramadan Tak Berubah, Walau Dirayakan di Tengah Pandemi

Diperbarui: 14 April 2021   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Esensi Ramadan tak berubah untuk berbuat kebaikan kepada sesama, walau dirayakan di tengah Pandemi.Foto dari Radarbogor.id

Kadar berpuasa selama sebulan  bagi umat Muslim sedikit pun tak berubah, meski dirayakan di tengah Pandemi. Ramadan sebagai jalan untuk mempertanyakan kepada diri sendiri, sudah sejauh mana saya berbuat kebaikan kepada sesama? Kalau bukan aku, siapa lagi?

Pandemi bukan menjadi alasan utama untuk tidak  membersihkan hati dan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Menunaikan ibadah keagamaan dalam kondisi apapun tak bermasalah. Asalkan kita memiliki niat yang baik.

Niat baik biasanya timbul dari pikiran yang jernih dan bijak dari setiap orang. Ibarat senyuman yang terpancar dari raut wajah seseorang, itu berasal dari kejernihan hatinya.

Umat Muslim merayakan bulan berkah ini dalam kondisi yang berbeda dan kurang lebih seperti tahun lalu. Belajar dari apa yang sudah berlalu, seharusnya semangat untuk beradaptasi dalam kondisi apapun mesti dimiliki orang setiap orang.

Bulan Ramadan sebagai ajang pembenahan diri. Bulan yang tepat untuk bergaul dengan diri sendiri dalam setiap untaian doa. Kesibukan selama setahun, dan terkadang sadar atau tidak sadar, kita pasti melupakan momen-momen, di mana kuasa Tuhan (Allah) menyelamatkan kita dari peristiwa apapun.

Sebagai ungkapan terima kasih dan sembah sujud dihadapan-nya, kita menjadikan momen Ramadan sebagai ajang pergumulan dari setiap peristiwa kehidupan yang sudah kita lalui selama setahun.

Bulan Ramadan sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Sembari kita berdoa, meminta petunjuk kepada Kuasa-Nya untuk keluar dari permasalahn hidup yang kita alami setiap hari.

Salah satu mentor dalam dunia kepenulisan saya seorang penulis Islam yang berasal dari Jawa Timur yakni, Ahmad Rifa'I Rif'an pernah mengatakan bahwa," Sejarah mencatat bahwa orang-orang besar memiliki jiwa yang sangat pemaaf. Mereka tak mau mengerdilkan dirinya dengan menjadi pribadi yang pendendam. Bagi mereka cara terbaik untuk mengekspresikan dendam adalah dengan meraih kesuksesan."

Bulan Ramadan adalah mediasi atau jembatan bagi kita untuk menstransfer energi positif dalam kehidupan. Kita diajak untuk menjadi seorang yang mudah memaafkan kesalahn sesama. Memaafkan adalah bagian dari ekpresi para Nabi dalam mengajarkan kita untuk mencapai puncak kesempurnaan hidup.

Ramadan ajang untuk berbuat baik kepada sesama. Foto dari Marein-re.com.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline