Lihat ke Halaman Asli

Permainan Tradisional Bukan Sekadar Main: Cublak-Cublak Suweng sebagai Benteng Karakter Anak di Era Layar

Diperbarui: 16 September 2025   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Cublak-Cublak Suweng di tangan, menegaskan bahwa karakter anak dibangun lewat tradisi & interaksi nyata. Sumber: Dokpri - Gen AI

 Buku Cublak-Cublak Suweng: Kumpulan Cerita Permainan Tradisional ditulis oleh Yeti Nurmayati, dengan ilustrasi oleh Zelmafr @makanyaaa dan disunting oleh Hayatun Nufus. Diterbitkan Wahyu Media, cetakan pertama tahun 2023. Ukurannya 26 cm dan tebal 208 halaman. Buku ini memuat 34 permainan tradisional dari berbagai provinsi di Indonesia.

Setiap permainan disertai cerita, informasi seputar cara bermain, dan karakter building melalui pesan moral yang diselipkan. Ilustrasi ceria membantu anak dan pendamping memahami aturan lebih mudah. Fokus utamanya bukan hanya mengingat permainan, tapi mengalaminya membaca, bermain, dan memahami nilai budaya.

Nilai Budaya & Filosofi Tersembunyi

Permainan Cublak-Cublak Suweng tidak hanya dikenal sebagai aktivitas fisik dari masa lalu. Lagu dan syairnya menyimpan filosofi mendalam. Misalnya syair "Suwenge tinggelenter" menggambarkan "harta" yang berserakan: simbol bahwa sesuatu yang berharga ada di sekitar kita, tapi sering kali tidak kita sadari dan dicari dengan sepenuh hati.

Lagu dolanan ini menjadi media moralitas: "tidak mencari harta dengan menuruti hawa nafsu, kembali ke hati nurani yang bersih."

Manfaat Pendidikan Karakter yang Terukur

Buku ini tidak hanya menghibur anak. Ia punya manfaat nyata dalam pendidikan karakter dan sosial-emosional. 

Data dari katalog perpustakaan Jakarta menyebut bahwa buku ini memang ditujukan untuk anak sekolah dasar. Target usia sekitar 7-9 tahun ( usia SD awal) sangat cocok karena mereka mulai memahami aturan sosial, kompetisi sehat, dan interaksi kelompok.

Kekuatan & Kelemahan

Cublak-Cublak Suweng menunjukkan keunggulan signifikan dalam membangun karakter anak. Ilustrasi dan cerita dalam buku memudahkan anak memahami aturan permainan secara visual. Isi buku menggabungkan aspek tradisi dan moral: permainan disertai syair lagu yang mengajarkan pentingnya kejujuran dan perasaan hormat terhadap sesama. Nilai lokal seperti kearifan desa, gotong royong, serta semangat identitas budaya tampak kuat. Namun, beberapa kelemahan muncul dalam praktiknya: beberapa permainan mengharuskan ruang yang cukup luas atau peserta banyak kendala di kota dan rumah kecil. Nilai moral dan filosofi dalam lagu & cerita kadang sangat halus. Tanpa pendampingan aktif dari orang tua atau guru, pesan seperti "tidak menuruti hawa nafsu" bisa terlewat begitu saja. Visual saja sering belum cukup: demonstrasi nyata, video, atau praktik langsung bisa menambah penghayatan dari anak-anak agar aturan dan makna lagu tidak sekadar dibaca tetapi dialami.

Kenapa Buku Ini Layak Dibaca Sekarang Juga

Di era di mana anak lebih sering melihat layar daripada alam sekitar, Cublak-Cublak Suweng layak menjadi bagian dari koleksi rumah. Buku ini menawarkan alternatif aktivitas fisik, interaksi langsung, dan refleksi karakter melalui budaya asli. Membaca buku ini bersama anak dapat menjadi awal kebiasaan mingguan: memilih satu permainan, bermain bersama teman atau keluarga, lalu berdiskusi: setelah bermain, bagaimana rasanya mematuhi aturan? Apakah ada saat kita tergoda curang? Buku memberi pijakan untuk dialog moral sederhana.

Guru dan pendidik bisa memanfaatkan buku ini dalam kelas seni budaya atau karakter, mengintegrasikannya ke dalam tema kegiatan kelas. Komunitas budaya atau perpustakaan bisa mengadakan workshop atau demo permainan tradisional dari buku sebagai acara interaktif. Penerbit bisa melengkapi buku dengan materi multimedia: video pendamping, audio nyanyian lagu, atau panduan praktik agar semakin mudah dipahami generasi masa kini.

Cublak-Cublak Suweng bukan sekadar buku nostalgia. Ia adalah medium pendidikan karakter yang relevan, efektif, dan budaya. Nilai-nilai seperti kejujuran, kreativitas, dan rasa keadilan lebih mudah tertanam lewat permainan nyata dan lagu tradisional. Buku ini menjembatani antara masa lalu dan masa depan anak-anak: antara budaya lokal dan tantangan zaman digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline