Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Kekayaan Devosi Hari Raya Perawan Maria Diangkat ke Surga

Diperbarui: 10 Agustus 2025   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: http://straymonds.org/this-saturday-is-the-assumption-of-the-most-holy-blessed-virgin-mary/

Setiap kali kalender minggu 15 Agustus, umat Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Raya Perawan Maria Diangkat ke Surga. Buat sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar perayaan gereja yang sudah ada sejak lama. Tapi kalau kita lihat secara mendalam, hari raya ini menyimpan banyak lapisan makna yang tidak pernah di ketahui. Tidak cuma soal iman, tapi juga soal bagaimana kita memaknai hidup, budaya, bahkan cara kita membangun harapan di tengah dunia yang serba cepat.

Banyak orang berpikir bahwa devosi semacam ini hanya relevan buat generasi tua atau mereka yang aktif di gereja. Padahal, kalau digali lebih dalam, kita akan menemukan bahwa devosi ini punya kekayaan nilai yang bisa bicara ke semua orang, tanpa memandang latar belakang atau usia. Dan di era sekarang, ketika orang mudah lelah secara mental dan emosional, pesan yang dibawa hari raya ini justru terasa lebih relevan daripada sebelumnya.

Jejak Panjang Devosi dan Cerita yang Tidak Lekang oleh Waktu

Hari Raya Maria Diangkat ke Surga bukanlah perayaan yang muncul tiba-tiba. Akar devosinya sudah ada sejak Gereja perdana, ketika umat Katolik awal percaya bahwa Maria mendapat anugerah khusus dari Allah yaitu di akhir hidupnya, ia diangkat ke surga, baik jiwa maupun raganya. Keyakinan ini awalnya hidup di tengah tradisi lisan dan doa umat, sebelum akhirnya diresmikan sebagai dogma pada tahun 1950 oleh Paus Pius XII.

Menariknya, kalau kita menelusuri sejarahnya, kepercayaan ini tidak pernah pudar, bahkan saat melewati masa-masa sulit seperti perang atau pergolakan sosial. Di berbagai belahan dunia, umat mempertahankan perayaan ini dengan caranya masing-masing. Ada yang membuat prosesi besar, ada yang merayakannya dengan doa sederhana di rumah, ada pula yang menggabungkannya dengan unsur budaya lokal.

Yang membuatnya istimewa adalah bagaimana devosi ini beradaptasi dengan konteks zaman. Di Flores misalnya, prosesi Hari Raya Maria Diangkat ke Surga selalu diiringi tarian dan musik tradisional. Sementara di beberapa kota besar, perayaan ini menjadi momen berkumpulnya komunitas diaspora yang jarang bertemu. Ini bukti bahwa devosi tidak statis; ia hidup dan terus menemukan cara baru untuk relevan.

Pesan Kehidupan yang Menembus Zaman

Banyak orang melihat perayaan ini hanya dari sisi ritual sepeti misa, prosesi, doa Rosario. Padahal, pesan yang dibawanya jauh lebih besar. Kisah Maria yang diangkat ke surga adalah cerita tentang kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan yang mendapat ganjaran kemuliaan.

Kalau diterjemahkan ke bahasa sehari-hari, pesan ini bilang bahwa hidup yang dijalani dengan tulus dan penuh kasih tidak akan pernah sia-sia, meskipun mungkin tidak selalu dihargai oleh dunia. Di zaman yang sering mengukur keberhasilan dari angka pengikut media sosial atau pencapaian materi, pesan ini mengajak kita untuk melihat hidup dari perspektif yang lebih dalam.

Bayangkan saja, Maria bukanlah tokoh publik dengan pengaruh besar pada zamannya. Dia hidup sederhana, bahkan mungkin nyaris tak dikenal di luar lingkup keluarganya. Tapi justru kesetiaan dan keberanian dalam menjalani panggilan hidup itulah yang membuatnya dimuliakan. Kalau ini diterapkan sekarang, pesan itu bisa menjadi pengingat bahwa kebaikan yang kita lakukan, meski kecil dan tak terlihat, tetap punya arti besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline