Lihat ke Halaman Asli

[Opini] Ruang Bagi Isu 'Tabu' di Jurnalisme Digital

Diperbarui: 3 Maret 2021   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Magzter

Pers yang menjadi pilar demokrasi punya tugas besar untuk menjangkau keberagaman masyarakat. Itulah salah satu poin yang sering digaungkan dalam kritik media, termasuk di era digital ini.

Sayangnya, beberapa topik dalam isu keberagaman sering dianggap tabu dan jarang disentuh di ranah publik. Pertanyaan yang muncul kemudian ialah, apa kabar isu 'tabu' di ranah jurnalisme digital?

Mendengar Kisah

Sebuah kisah mengingatkan saya pada persoalan keberagaman.

Dua tahun lalu, saya berjumpa Jessica di kelas Komunikasi Massa. Seorang penyanyi dan aktivis yang berbagi kisahnya dan teman-teman transpuannya. Kisah Jessica menyadarkan saya pada satu hal.

Sumber: media sosial pribadi

'Kebetahan' transpuan mengamen ke sana kemari, atau pandangan yang kerap menyebut mereka terlibat dunia prostitusi, bukanlah hal utama yang dikehendaki saat berani mengekspresikan diri mereka.

Perenungan itu berbuah pada tiga hal. Satu, buah tugas yang diunggah di media sosial pribadi. Dua, pikiran bahwa tidak semua hal yang disebut 'normal' itu wajar, sebab ia punya kesempatan untuk hadir dengan pemahaman yang lebih baik. Tiga, pemahaman bahwa buah nomor dua dapat terjadi di isu-isu sosial lainnya.

Solusi atas apa yang Jessica dan rekannya alami punya jalan yang panjang. Sebagaimana sikap dan nilai seseorang yang sulit diubah, demikian pula cara masyarakat memandang isu 'tabu' semacam ini.

Namun, beberapa tahun belakang, pembahasan terkait isu-isu tabu kian ramai diperbincangkan. Isu kesetaraan gender, LGBT, aborsi, persoalan etnis dan ras, hingga kesehatan mental, misalnya, perlahan mendapat tempat di era jurnalisme yang serba digital ini.

Media yang Berkembang

Dari sudut pandang media arus utama, isu-isu yang tabu biasanya dianggap tidak menguntungkan. Sebuah tesis menyebut, adanya statistik pembaca yang menilai tren pembahasan isu atau kelompok marjinal dapat merusak tren industri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline